IKLAN1

AKU

Kamis, 23 Juni 2011

BAHAYA DIARE PADA ANAK

Diare, Sepele tapi Berbahaya

kid-on-toilet
kid-on-toilet
Akhir-akhir ini, masyarakat dihebohkan dengan berita mengenai wabah diare yang melanda daerah Koja, Jakarta Utara. Pasien diare yang berjumlah ratusan, di mana kebanyakan adalah anak-anak.Bahkan diperkirakan ada 9 orang yang meninggal karena wabah tersebut. Wabah diare ini diduga berawal dari macetnya air PamM yang akhirnya memaksa warga  menggunakan air sumur/air isi ulang. Padahal air tanah di daerah tersebut diduga tidak layak minum karena terancam intrusi (rembesan) air laut. Air yang tidak bersih inilah yang meyebabkan warga terserang wabah diare.
Diare adalah buang air besar dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi BAB yang meningkat. Sedangkan menurut WHO diare adalah buang air besar encer atau cair yang lebih dari tiga kali sehari, dimana konsistensi lebih utama daripada frekuensi.
Diare dapat disebabkan oleh infeksi, baik oleh bakteri, parasit, maupun virus. Penyebab yang lain meliputi penyebab sederhana (stres, ansietas), keracunan makanan (Campylobacter, Salmonella, Shigella, E coli), konsekuensi penyakit, obat, perjalanan (Traveler’s Diarrhea), dan penyebab lain. Pemakaian obat-obatan juga bisa menyebabkan diare seperti laksansia, antasida, antibiotik, antihipertensi dan obat-obat jantung (digoksin). ASI mengandung banyak substansi yang memelihara pencernaan dan melawan bakteri. Adanya bukti yang kuat menunjukkan bahwa ASI memberikan manfaat yang besar bagi anak-anak dengan diare akut.
Masalah diare dan resikonya amat bervariasi pada masing-masing wilayah. Contohnya diare di negara Korea Utara (tahun 1998) terkait dengan fasilitas air bersih, misalnya tidak tersedianya alat atau bahan purifikasi air, sehingga terjadi diare dan banyak anak-anak yang mengalami malnutrisi. Sedangkan di Somalia dan Ethiopia (1996), perubahan pola makan, kekurangan protein menyebabkan kondisi seperti marasmus dan kwarshiorkor, dikarakterisasi dengan membengkaknya tubuh. Kondisi ini menjadi fatal ketika terjadi penyakit infeksi dan parasit yang menyebabkan diare. Di Nigeria (1996) kekurangan air bersih dan kesulitan akses ke klinik menjadi faktor utama terjadinya diare, diare menjadi salah satu penyebab banyaknya kematian dini pada balita di Nigeria.
Di negara maju, diare dapat ditangani dengan lebih baik, terutama diare pada bayi dan balita. Namun di negara-negara ini resiko diare pada lansia lebih besar dibandingkan pada usia dini. Di Amerika Serikat yang menjadi perhatian adalah diare dengan organisme atau kondisi tidak biasa, misalnya AIDS yang menyebabkan diare kronis.
Tanda dan gejala diare biasanya diawali dengan mual muntah, lalu sakit perut, sakit kepala, demam, kedinginan dan lemas. Pengobatan pada diare lebih dianjurkan untuk mengatasi dehidrasi  di mana pada dehidrasi yang berat bisa berakibat fatal yaitu menyebabkan kematian. Pemberian banyak minum dan makanan yang mengandung banyak cairan bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Pemberian ORS (Oral Rehidration Solution) seperti oralit penting untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengobatan diare diberikan sesuai dengan gejala yang dialami. Untuk diare nonspesifik yaitu dengan penyebab tidak diketahui pasti diberikan antimotilitas (misal loperamid), adsorben (misal kaolin pektat), antisekretori (misal bismuth subsalisilat) dan octreotide. Namun, untuk beberapa kasus sebaiknya menghindari pemberian spasmolitik yaitu pada kasus overgrowth (pertumbuhan yang berlebihan) bakteri, megakolon toksik dan ileus paralytic. Sedangkan untuk diare spesifik (diare yang disebabkan oleh infeksi bakter) biasanya diberikan jenis antibiotika sesuai hasil pemeriksaan laboratorium.
Untuk kasus diare sebaiknya diberikan yang rendah serat, cukup energi, vitamin dan mineral. Perlu juga menghindari soda atau minuman lain dengan kadar glukosa tinggi karena gula akan menyerap cairan ke dalam usus sehingga memperburuk keadaan. Suhu makanan dan minuman yang diberikan sebaiknya dalam keadaan hangat, tidak panas atau terlalu dingin. Untuk menghindari penyebaran penyakit ini, cucilah tangan setelah buang air besar, sebelum makan atau selama menyiapkan makanan.

1 komentar:

  1. terimakasih untuk informasinya, sebenarnya klo dibiarkan tanpa di obati, penyakit apapun bisa menjadi berbahaya,

    BalasHapus