IKLAN1

AKU

Minggu, 26 Desember 2010

download PARTOGRAF

Susah cari Lembaran yg Satu ini...? dont worry be happy nih tak kasih tapi sory
format nya freehand ya...?
gampang kok kalo gak ya tinggal klik kiri gambar partograf yang dibawah trs save deh... gampang kan...?

PARTO GRAF contoh


Jumat, 24 Desember 2010

INFERTILITAS

A. PENGERTIAN
Infertilitas adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat hamil secara alami atau tidak dapat menjalani kehamilannya secara utuh.
Definisi standar infertilitas adalah ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi .Menurut Weschler, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang berkesimpulan dirinya infertil, padahal sebenarnya belum tentu demikian:
• Apabila dalam satu tahun tidak terjadi kehamilan meski menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi.
• Jika siklus menstruasi tidak teratur. Padahal, tidak semua wanita memiliki siklus 28 hari, dan ovulasi tidak selalu terjadi pada hari ke 14.
B. PEMERIKSAAN PASANGAN INFERTIL
Setiap pasangan infertile harus diperlakukan sebagai satu kesatuan. Itu berarti kalau istri saja sedangkan suaminya tidak mau diperiksa, maka pasangan itu tidak diperiksa.
Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertile adalah sebagai berikut :
• Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapat anakn selama 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini apabilan :
• Pernah mengalami keguguran berulang
• Diketahui mengidap kelainan endokrin
• Pernah mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut ; dan
• Pernah mengalami bedah ginekologik.
• Istri yang berumur antara 31-35 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
Istri pasangan infertile yang berumur antara 36-40 tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan ini.
C. PEMERIKSAAN MASALAH-MASALAH INFERTILITAS
Masalah-masalah infertilitas yang akan di bahas meliputi :
a. Masalah air mani
• Penampungan air mani
Air mani ditampung dengan jalan masturbasi langsung ke dalam botol gelas bersih bermulut lebar (atau gelas minum), setelah abstinensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan di rumah pasien sendiri, kemudian di bawa ke laboratorium dalam 2 jam setelah diekluarkan. Air mani yang dimasukkan ke kondom dahulu, yang biasanya mengandung zat spermatisid, akan mengelirukan peneilaian motilitas spermatozoa.
• Karakteristik air mani
Koagulasi dan likuefaksi. Air mani yang diejakulasikan dalam bentuk cair akan segera menjadi "agar" atau koagulum, untuk kemudian melikuefaksi lagi dalam 5-20 menit menjadi cairan yang agak pekat guna memungkinkan spermatozoa bergerak dengan leluasa. Proses koagulasi dan likuefaksi ini diatur oleh enzim. Suati faktor likuiefaksi telah dapat dipisahkan dari air mani normal, yang ternyata meruapakan enzim proteolitik dengan berkat molekul 33.000. enzim itu terbukti dapat melikuefaksikan air mani yang tidak dapat berlikuefaksi.
• Viskositas.
Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan homogeny yang agak pekat, yang dapat membenang kalau dicolek dengan sebatang lidi. Daya membenangnya dapat mencapai 3-10 cm. makin panjang membenangnya, makin tinggi viskositasnya. Pengukuran viskositas seperti itu sangat subyektif.
Pengukuran viskositas yang lebih tepat ialah dengan pipet Eliasson, volumnya 0,1 ml yang berkalibrasi 0,05 ml dan 0,1 ml. air mani diisap sampai tanda 0,1 ml, kemudian tekanan isapnya dilepas sampai menjatuhkan setetes air mani dicatat dengan syopwatch. Viskositas normal memerlukan waktu 1-2 detik. Viskositas tinggi lebih dari 5 detik.
Pada umumnya viskositas tinggi tidak menimbulkan masalah infertilitas, kecuali kalau pada pemeriksaan tampak spermatozoa seperti bergerak dalam lumpur, atau bergerak di tempat. Menurut Tjioe & Oenteng tidak terdapat korelasi langsung antara viskositas tinggi air mani dan gerakan buruk spermatozoa pada kadar spermatozoa lebih dari 60 juta/ml. Akan tetapi, pada kadar spermatozoa kurang dari 60 juta/ml viskositas tinggi air mani itu sangat menghambat gerakan spermatozoa.
• Rupa dan bau.
Air mani yang baru diejakulaskan rupanya putih-kelabu, seperti agar-agar. Setelah berlikuefaksi menjadi cairan, kelihatannya jernih atau keruh, tergantung dari konsentrasi spermatozoa yang dikandungnya. Baunya sperti bau bunga akasia.
• Volum.
Setelah abstinensi selama 3 hari, volum air mani berkisar anatara 2,0-5,0 ml. volum kurang dari 1 ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa rendah. Pada volum kurang dari 1,5 ml sesungguhnya baik untuk dilakukan inseminasi buatan suami (IBS) karena volum yang kurang itu tidak akan cukup menggenangi lendir yang menjulur dari serviks, sehingga dapat merupakan masalah infertilitas.

• Fruktosa.
Fruktosa air mani adalah hasil vesikula seminalis, yang menunjukkan adanya rangsangan androgen. Fruktosa terdapat pada semua air mani, kecuali pada :
Azoospermia karena tidak terbentuknya kedua vas deferens. Air maninya tidak berkoagulasi, segera setelah ejakulasi karena vesikula seminalisnya pun tidak terbentuk.
Kedua duktus ejakulatoriusnya tertutup ,Keadaan luar biasa dari ejakulasi retrogad, dimana sebagian kecil ejakulat yang tidak mengandung spermatozoa sempat keluar.
b. Masalah vagina
Kemampuan menyampaikan air mani ke dalam vagina sekitar serviks perlu untuk fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian ini adalah adanya sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan anatomic dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitas karena kandida albikans atau Trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan masalah, bukan karena antispermisidalnya, melainkan antisanggamanya.
Sombrero menemukan spermatozoa di dalam lendir serviks dalam 90 detik sejak diejakulasikan, dan Bedford yang menghancurkan semua spermatozoa dalam vagina kelinci 5 menit sejak diejakulasikan mencatat bahwa penghancuran itu sama sekali tidak menghalangi terjadinya kehamilan. Itulah sebabnya mengapa vaginitis tidak seberapa menjadi masalah infertilitas.
c. Masalah serviks
Walaupun serviks merupakan sebagian dari uterus, namun artinya dalam reproduksi manusia bari diakui pada abad ke Sembilan belas. Sims pada tahun 1868 adalah orang pertama yang menghubungkan serviks dengan infertilitas, melakukan pemeriksaan lendir serviks pascasenggama, dan melakukan inseminasi buatan. Baru beberapa lama kemudian Huhner memperkenalkan uji pascasanggama yang dilakukan pada siklus haid.
Migrasi spermatozoa ke dalam lendir serviks sudah dapat terjadi pada hari ke-8 atau ke-9, mencapai puncaknya pada saat-saat ovulasi, kemudian terhambat pada 1-2 hari setelah ovulasi. Spermatozoa sudah dapat sampai pada lendir serviks 1½ -3 menit setelah ejakulasi. Spermatozoa yang tertinggal dalam lingkungan vagina yang lebih dari 35 menit tidak lagi mampu bermigrasi kedalam lendir serviks. Spermatozoa motil dapat hidup dalam lendir seviks sampai 8 hari setelah sanggama.

Walaupun uji Sims-Huhner atau uji pascasanggama telah lama dikenla di seluruh dunia, tetapi ternyata nilai kliniknya belum diterima secara seragam. Salah satu sebabnya ialah belum adanya standarisasi cara melakukannya. Kebanyakan peneliti sepakat untuk melakukannya pada tengah siklus haid, yang berarti 1-2 hari sebelum meningkatnya suhu basal badan yang diperkirakan. Akan tetapi belum ada kesepakatan kapan pemeriksaan itu dilakukan setelah sanggama. Menurut kepustakaan, ada yang melakukannya setelah 90 detik sampai setelah 8 hari. Sebagaimana telah diuraikan, spermatozoa sudah dapat sampai pada lendir serviks segera setelah sanggama, dan dapat hidup di dalamnya selama 8 hari. Menurut Denezis uji pascasanggama baru dapat dipercaya kalau dilakukan 8 jam setelah sanggama. Perloff melakukan penelitian pada golongan fertile dan infertile, dan berkesimpulan tidak ada perbedaan hasil antara kedua golongan itu kalau pemeriksaannya dilakukan lebih dari 2 jam setelah sanggama, walaupun penelitian secepat itu tidak akan sempat menilai ketahanan hidup spermatozoa dalam lendir serviks.
d. Masalah uterus
Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba Fallopii manusia secepat 5 menit setelah inseminasi. Dibandingkan dengan besar spermatozoa dan jarak yang harus ditempuhnya, kiranya tidak mungkin migrasi spermatozoa berlangsung hanya karena gerakannya sendiri. Tidak disangkal, kontraksi vagina dan uterus memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa ini. Pada binatang kontraksi alat-alat itu terjadi karena pengaruh oksitosin tidak berpengaruh terhadap uterus yang tidak hamil akan tetapi prostaglandin dalam air mani dapat membuat uterus berkontaksi secara ritmik, ternyata prostaglandinlah yang memegang peranan penting dalam transportasi spermatozoa ke dalam terus dan melewati penyempitan pada batas uterus dengan tuba itu. Ternyata uterus sangat senditif terhadap prostaglandin pada akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi. Dengan demikian, kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah infertilitas.
Masalah lain yang dapat mengganggu transportasi spermatozoa melalui uterus ialah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma, tau polip; peradangan endometrium, dan gangguan kontraksi uterus. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu dalam hal implantasi, pertumbuhan intrauterine, dan nutrisi serta oksigenasi janin.
e. Masalah tuba
Frekuensi factor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada populasi yang diselidki. Peranan factor tuba yang masuk akal ialah 25-50%. Dengan demikian dapat dikatakan factor tuba paling sering ditemukan dalam masalah infertilitas. Oleh karena itulah, penilaian patensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam penglolaan infertilitas.
• Pertubasi
Pertubasi, atau uji Rubin, bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas CO2 melalui kanula atau kateter Foley yang dipasang pada kanalis servikalis. Apabila kanalis servikouteri dan salah satu atau kedua tubuhnya paten, maka gas akan mengalir bebas ke dalam kvum peritonei. Patensi tuba akan dinilai dari catatan tekanan aliran gas sewaktu dilakukan peniupan. Insuflator apa pun yang dipakai, kalau tekanan gasnya naik dan bertahan sampai 200 mmHg, tentu terdapat sumbatan tuba. Kalau naiknya hanya sampai 80-100 mmHg, salah satu atau kedua tubanya pastilah paten. Tanda lain yang menyokong parensi tuba ialah terdengarnya pada auskultasi suprasimfisis tiupan gas masuk ke dalam kavum peritonei seperti "bunyi jet" ; atau nyeri bahu segera setelah pasien dipersilahkan duduk sehabis pemeriksaan, akibat terjadinya pengumpulan gas di bawah diafragma.
Kehamilan yang belum disingkirkan, peradangan alat kelamin, perdarahan uterus, dan kuretase yang baru dilakukan merupakan indikasi kontra pertubasi. Adanya kehamilan dapat mengakibatkan keguguran kandungan, sedangkan adanya peradangan apat meluas. Peradangan uterus dan kuretase yang baru dilakukan dapat mengakibatkan emboli udara atau sumbatan tuba karena tertiupnya udara ke dalam pembuluh darah, dan bekuan-bekuan darah ke dalam tuba.
Saat yang terbaik untuk pertubasi ialah setelah haid bersih dan sebelum ovulasi, atau pada hari ke-10 siklus haid. Pertubasi tidak dilakukan setelah ovulasi karena dapat mengganggu kehamilan yang mungkin tlah terjadi. Lagi pula, endometrium pada masa luteal itu menebal, yang dapat mengurangi kelancaran aliran gas.
Terdapat cara pemeriksaan lain yang lebih dapat dipercaya, seperti histerosalpingografi atau laparoskopi.
f. Masalah ovarium
Deteksi ovulasi merupakan bagian integral pemeriksaan infertilitas karena kehamilan tidak mungkin terjadi tanpa ovulasi. Ovulasi yang jarang terjadi pun dapat menyebabkan infertilitas.
Deteksi tepat ovulasi kini tidak seberapa penting lagi setelah diketahui spermatozoa dapat hidup dalam lendir serviks sampai 8 hari. Deteksi tepat ovulasi baru diperlukan kalau akan dilakukan inseminasi buatan, menentukan saat sanggama yang jarang dilakukan, atau kalau siklus haidnya sangt panjang. Bagi pasangan-pasangan infertile yang bersanggama teratur, cukup dianjurkan sanggama 2 kali sehari pada minggu dimana ovulasi diharapkan akan terjadi. Dengan demikian, nasihat sanggama yang terlampau ketat tidak diperlukan lagi.
Selain kehamilan atau ditemukannya ova pada pembilasan tuba, pemeriksaan ovulasi mana pun masih dapat mengalami kesalahan. Pengamatan korpus luteum secara langsung merupakan pemriksaan yang dapat dipercaya, akan tetapi pemeriksaanya dengan jalan laparoskopi itu tidak mungkin dilakukan secara rutin. Walaupun demikian, terdapat beberapa cara pemeriksaan dimana seorang klinikus dapat mendeteksi ovulasi atau mendiagnosis anovulasi dengan ketepatan yang layak.
Siklus haid yang teratur an lama haid yang sama biasanya merupakan siklus hadi yang berovulasi. Menurut ogino, haid berikutnya akan terjadi 14+2 hari setelah ovulasi. Siklus hadi yang tidak teratur, dengan lama haid yang tidak sama, sangat mungkin disebbakan oleh anovulasi. Amenore hamper selalu disertai kegagalan ovulasi.
Ovulasi kadang-kadang ditandai oleh nyeri perut bawah kiri datau kanan, pada kira-kira pertengahan siklus haid ini dianggap sebagai tanda ovulasi, yang telah dibuktikan kebenarannya oleh Wharton & Henriksen dengan jalan laporotomi.
Saat-saat ovulasi kadang-kadang disertai keputihan, akibat pengeluaran lendir serviks berlebihan; dan kadang-kadang disertai pula oleh pendarahan sedikit. Ketegangan jiwa, atau nyeri payudara prahaid seringkali terjadi pada siklus haid yang berovulasi.
g. Masalah peritoneum
Laparoskopi diagnostic telah menjadi bagian integral terakhir pengelolaan infertilitas untuk memeriksa masalah peritoneum. Pada umumnya untuk mendiagnosis kelainan yang samar, khususnya pada istri pasangan infertile yang berumur 30 tahun lebih atau yang telah mengalami infertilisasi selama 3 tahun lebih. Esposito menganjurkan agar laparoskopi diagnostic dilakukan 6-8 bulan setelah pemeriksaan infertilitas dasar selesai dasar selesai dilakukan. Lebih terperinci lagi, menurut Albano, indikasi untuk melakukan laparoskopi diagnostic adalah :
• Apabila selama 1 tahun pengobatan belum juga terjadi kehamilan
• Kalau siklus haid tidak teratur, atau suhu basal badan monofasik
• Apabila istri pasangan infertile berumur 28 tahun lebih, atau mengalami infertilitas selama 3 tahun lebih.
• Kalau terdapat riwayat laparotomi
• Kalau pernah dilakukan histerosalpingografi dengan media kontras larut minyak.
• Kalau terdapat riwayat apendisitis
• Kalau pertubasi berkali-kali abnormal
• Kalau disangka endometriosis
• Kalau akan dilakukan inseminasi buatan.
Saat terbaik untuk melakukan laparoskopi diagnostic ialah segera setelah ovulasi. Segera setelah ovulasi akan nampak korprus rubrum, sedangkan sebelum ovulasi akan tampak folikel Graaf. Pada siklus haid 28 ahri laparoskopi dilakukan antara hari ke-14 dan 21. Pada kesempatan itu dapat pula diperiksa biopsy endometrium, pregnandiol, 17-ketosteroid urin 24 jam, dan fungsi tyroid. Pada siklus haid yang tidak berovulasi (amenore), laparoskopi dapat dilakukan setiap saat.
Cacat bawaan biasanya didiagnosis dengan histerosalpingografi; dilakukan laparoskopi kalau akan menyakinkan uterus septus dari uterus ganda, dan untuk menilai kelayakan operasi metroplastik. Endometriosis dapat ditemukan pada 30% istri pasangan infertile, dan kejadiannya akan lebih meningkat dengan bertambahnya usia istri. Kelainan tuba, seperti hidrosalping, tuba fimosis, perlekatan perituber, hanya dapat diyakini dengan laparoskopi diagnostic.
Teknik laparoskopi dan hidrotubasi dengan suntikan larutan berwarna melalui serviks, uterus, dan tuba dapat di baca di buku lain, oleh karena itu tidak akan diuraikan di sini. Inspeksi rongga perut harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut. Adanya perlekatan dapat mengganggu keutuhan tuba, mengganggu pergerakan fimbria, atau menahan ovarium di bagian belakang ligamentum latum. Untuk mengamati adanya kebebasan alat-alat tersebut, ligamentum ovarii proprium dijepit, kemudian digerak-gerakkan. Perlekatan antara ligamentum rotundum dengan tuba tidak mudah terlihat, kalau yang pertama tidak di jepit kemudian ditarik ke depan untuk dapat melihat perlekatan itu. Kalau tuba perlu dijepit, menjepitnya pada mesosalping yang tidak berpembuluh darah.
D. PROGNOSIS INFERTILITAS
Menurut Behrman & Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapakan pada kemungkinan kehamilan (frekuensi sanggama dan lamanya perkawinan)
Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurunkan perlahan-lahan sampai umur 30 tahun, dan setelah itu menurun dengan cepat.
Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun. Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan meningkat dengan meningkatnya frekuensi senggama. Ternyata senggama 4 kali seminggu paling meluangkan terjadinya kehamilan; karena ternyata kualitas dan jenis motilitas spermatozoa menjadi lebih baik dengan seringnya ejakulasi dini.
Penyelidikan jumlah bulan yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan tanpa pemakaian kontrasepsi telah di lakukan di kawasan Taiwan dan Amerika Serikat dengan kesimpulan bahwa 25% akan hamil dalam 1 bulan pertama, 63% dalam 6 bulan pertama, 75% dalam 9 bulan pertama, 80% dalam 12 bulan pertama, dan 90% dalam 18 bulan pertama. Dengan demikian makin lamanya pasangan kawin tanpa hasil, makin turun prognosis kehamilannya.
Pengelolaan mutakhir terhadap pasangan infertile dapat membawa kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan, walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan belum diketahui etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak, atau memperoleh anak dengan jalan lain, umpamanya dengan inseminasi buatan donor, atau mengangkat anak (adopsi).
Jones & Pourmand berkesimpulan sama, bahwa pasangan yang telah dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, dapat mengharapkan angka kehamilan sebesar 50% yang lebih dari 5 tahun, menurun menjadi 30%.
Turner et at. Menyatakan pula bahwa lamanya infertilitas sanga mempengaruhi prognosis terjadinya kehamilan.
E. PENANGGULANGAN BEBERAPA MASALAH INFERTILITAS
a. Air mani yang abnormal
Air mani disebut abnormal kalau pada tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya tetap abnormal. Nasehat terbaik bagi pasangan dengan air mani abnormal adalah melakukan sanggama berencana pada saat-saat subur istri.
Adapun air mani abnormal yang masih dapat diperbaiki itu kalau disebabkan oleh varikokel, sumbatan, infeksi, defisiensi gonadotropin, atau hiperprolaktinemia.
b. Varikokel
Motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu terdapat pada pria dengan varikokel. Menurut MacLeod, motilitas spermatozoa yang kurang itu dapat ditemukan pada 90% pria dengan varikokel, sekalipun hormone gonad dan gonadotrofiknya normal. Sejak Dubin dan Amelar mengumumkan hasil varikokelektomi tidak berhubungan dengan besar-kecilnya varikokel, adanya varikokel dan besarnya motilitas spermatozoa yang kurang hampir selalu dianjurkan untuk dioperasi. Kira-kira dua per tiga pria dengan varikokel yang dioperasi akan mengalami perbaikan dalam motilitas spermatozoanya.
c. Sumbatan vas
Pria yang tersumbat vasnya akan mempertunjukkan azoospermia, dengan besar testikal dan kadar FSH yang normal. Dua tanda terakhir itu sangat konsisten untuk spermatogenesis yang normal. Operasi vasoepididimostomi belum memuaskan hasilnya. Walaupun 90% dari ejakulatnya mengandung spermatozoa, akan tetapi angka kehamilannya berkisar sekitar 5-30%.
d. Infeksi
Infeksi angkut traktus genitalis dapat menyumbat vas atau merusak jaringan testis sehingga pria yang bersangkutan menjadi steril. Akan tetapi, infeksi yang menahun mungkin hanya menurunkan kualitas spermatozoa, dan masih dapat diperbaiki menjadi seperti semula dengan pengobotan. Air mani yang selalu mengandung banyak lekosit, apalagi kalau disertai gejala disuria, nyeri pada waktu ejakulasi, nyeri punggung bagian bawah, patut diduga karena infeksi menahun traktus genitalis.
Apabila ternyata tidak ditemukan antibiotik antispermatozoa, maka timbul keragu-raguan apa gerangan pengobatannya. Estrogen, klomifen sitrat, cawan serviks, dan inseminasi buatan intrauterine dengan air mani suami yang telah dicoba untuk mengobatinya.
Dietil stillbestro (DES) yang diberikan dengan dosis 0,1-0,2 mg per hari dimulai pada hari kelima sampai keduapuluh dari siklus haid dapat memperbaiki uji pancasanggama yang abnormal, kalau sebabnya adalah kualitas dan jumlah lendir serviks yang kurang; akan tetapi pasti akan lebih memperbaiki lagi kalau lendir serviksnya normal. Akan tetapi pemberian DES dengan dosis seperti itu dapat juga menghambat terjadinya ovulasi.
Pemberian klomifen sitrat untuk memperbaiki uji pascasanggama didasarkan atas anggapan bahwa lendir serviks yang kurang baik itu dapat disebabkan oleh perkembangan folikular yang kurang adekuat. Tidak diragukan lagi bahwa perkembangan folikular akan bertambah baik dengan pemberian obat itu, akan tetapi efek anti-estrogenik dari obat ini terhadap lendir serviks berlaku juga, apalagi kalau ovulasinya terjadi dalam 6 hari setelah selesai pengobatan tersebut.
Inseminasi buatan dengan memakai cawan serviks dapat bermanfaat untuk beberapa kasus normospermia volum rendah, dan oligospermia ringan. Angka kehamilan dapat mencapai 30-50%. Inseminia intrauterine telah dicoba pula untuk lendir serviks yang "kurang ramah". McBain telah melakukannya pada 64 pasangan. Pasien yang besar kemungkinan menjadi hamil dengan inseminasi intrauterine itu adalah mereka yang spermatozoanya tampak bergerak baik dalam lendir serviks, akan tetapi tidak bergerak maju. Kiranya tidak ada tempat untuk inseminasi buatan bagi air mani suami yang uji pascasanggamanya normal.
e. Mioma uteri
Di samping ada istri yang dapat hamil dan melahirkan seperti biasa dengan mioma uteri, ada juga istri yang tidak dapat hamil dan satu-satunya kelainan yang dapat ditemukan adalah mioma uteri. Bagaimana mekanisme mioma uteri sampai menghambat terjadinya kehamilan belum jelas diketahui. Mungkin disebabkan oleh kelainan pada tuba, distorsi atau elongasi kavum uteri, iritasi miometrium, atau torsi oleh mioma yang bertangkai. Apapun mekanismenya, bahwa 50% istri yang dilakukan miomektomi dapat menjadi hamil membuktikan bahwa mioma uteri itu adalah sebabnya. Waktu yang diperlukan untuk menjadi hamil setelah dilakukan miomektomi kira-kira 18 bulan.
Miomektomi yang terpaksa sampai menembus kavum uteri, dahulu merupakan indikasi mutlah untuk dilakukan seksio sesarea kalau terjadi kehamilan. Tetapi kini tidak dianggap demikian lagi, kecuali kalau diduga penyembuhannya mengalami gangguan, seperti kalau terjadi infeksi pascabedah. Biasanya penyembuhan luka pada uterus di luar kehamilan berlangsung lebih baik daripada dalam kehamilan.
Sebagaimana dilaporkan oleh Malone dan Ingersoll, kemungkinan mioma uteri kambuh setelah dilakukan miomektomi terjadi pada 15-45%. Memang tidak selalu semua benih mioma uteri dapat dikeluarkan dengan pembedahan.
f. Endometriosis
Endometriosis adalah tumbuhnya kelenjar dan stroma endometrium yang masih berfungsi di luar tempatnya yang biasa, yaitu rongga uterus. Laparoskopi diagnostic pada istri pasangan infertile, Cohen mendapatkan 23% mengidap penyakit itu.
Gejala dan tanda endimetriosis sangat bervariasi. Wanita dengan endometriosis ringan dapat menderita nyeri panggul hebat, dan sebaliknya, wanita dengan endometriosis hebat keluhannya dapat ringan sekali. Nyeri panggul dalam bentuk dismenorea (nyeri haid) sering kali dianggap sebagai gejala khas dari penyakit ini. Ternyata Scott dan Telinde hanya mendapat 19% dengan dismenorea yang progresif. Gejala dan tanda lain dari endometriosis adalah dispareunia kalau penyakit itu telah menjalar ke ligamentum sakrouterina dan kovum Douglasi. Pendarahan abnormal dari uterus, dara prahid yang berwarna coklat, dan infertilitas primer dan sekunder juga merupakan gejala dan tanda endometriosis. Perikasa dalam yang mendapatkan benjolan kecil-kecil pada ligamentum sakrouterina dan uterus yang retrofleksi atau adneksa yang sukar digerakkan patut dicurigai mengidap endometriosis.
Tetapi endometriosis terdiri dari (1) menunggu sampai terjadi kehamilan sendiri, (2) pengobatan hormonal, dan (3) pembedahan konservatif.
Dengan menunggu saja pasien dapat hamil dengan sendirinya. Garcia dan David mendapatkan angka kehamilan 65% pada 17 pasien dengan endometriosis ringan yang tidak dianjurkan untuk dilakukan pembedahan. Tentu saja umur pasien dan lama infertilitas harus menjadi pertimbangan untuk tidak melakukan terapi menunggu ini. Pada umumnya dapat dikatakan, kalau pasien mengidap endometriosis ringan tanpa keluhan yang berarti, kecuali untuk infertilitas, dapat ditunggu untuk beberapa waktu lamanya sebelum dilakukan pengobatan.
Apabila pengobatan ditujukan untuk infertilitasnya karena endometriosis, harus pula dipretimbangkan umur pasien, tahap penyakitnya, lama infertilitasnya, dan kehebatan keluhannya. Harus pula diingat bahwa terapi hormonal memerlukan waktu lama dan tidak selalu menyembuhkan endometriosis, kebanyakan hanya menekan untuk beberapa waktu lamanya. Oleh karena itu, pada pasien yang sudah lanjut usia dan sudah lama infertilitasnya, sebaiknya dianjurkan untuk menempuh pembedahan konservatif. Pasien dengan tahap penyakit yang berat dan ingin anak segera, pasti bukan calon untuk pengobatan hormonal.
Pil KB yang berkhasiat progestasional kuat seperti noretinodel 5 mg + mestranol 75 mikrogram (Enovid) dapat dipakai untuk pengobatan endometriosis. Pengobatannya adalah sebagai berikut: 1 sampai 2 tablet sehari setiap hari terus-menerus, kemudian dinaikkan dengan 1 sampai 2 tablet lagi setiap minggu, sampai pasien mendapatkan 20 mg (4 tablet) seharinya. Pengobatan ini berlangsung selama 6 sampai 9 bulan.
Preparat progestasional saja dapat juga dipakai, akan tetapi sering menimbulkan pendarahan dari uterus yang abnormal, sehingga memerlukan pengobatan tambahan dengan estrogen.
Dengan pengobatan hormonal tersebut di atas, yang mengakibatkan keadaan "kehamilan semu", Kistner mendapat angka kehamilan 50%, dan angka kambuh kira-kira 17%.
Danazol, obat endometriosis baru yang berkhasiat antigonadotrofik dan menghambat streoidogenesis ovarium akan mengakibatkan keadaan "menopause semu". Ovulasi akan dihambat, dan dengan demikian endometrium akan menjadi atrofik. Kekurangan estrogen akan mengakibatkan gejala-gejala pascamenopause, seperti berkeringat, "semburan panas", dan gangguan vasomotor lainnya. Virilisasi dan jerawat dapat pula terjadi. Danazol disampaikan dalam kapsul dengan dosis 200 mg, yang dimakan 2 kali 2 kapsul; 4 kali 1 kapsul sehari, terus-menerus selama 6 bulan atau sampai respons klinik memuaskan. Setelah pengobatan dihentikan, haid akan kembali seperti biasa 3-6 bulan kemudian. Kebanyakan kehamilan akan terjadi dalam 6 bulan pertama. Pada laparoskopi pascapengobatan, Dmowski dan Cohen mendapatka 59% sembuh sama sekali, 26% meninggalkan jaringan parut dan butir-butir hemosiderin, dan hanya 15% masih ada sisa-sisa endometriosis. Dmowsky dan Cohen melaporkan pula angka kehamilan sekitar 47%.
Sebagai kesimpulan dapat dikatakan danazol merupakan obat yang sangat efektif untuk endometriosis, akan tetapi harganya sangat mahal.

Selasa, 14 Desember 2010

SIPHYLIS

A. PENGERTIAN
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui hubungan seksual, baik vaginal, rektum, anal, maupun oral. Sifilis tidak menular melalui peralatan makan, tempat dudukan toilet, knop pintu, kolam renang, dan tukar-menukar pakaian. Penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. .(http://onlinelibraryfree.com/2010/makalah-infeksi-sifilis-penyakit-kelamin-penyakit-seksual-menular-pada-pria-dan-wanita)

B. PENYEBAB
Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk golongan Spirochaeta yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara 5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades. Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar




C. DIAGNOSA
Dengan melihat adanya luka primer di daerah genital atau tempat lain seperti mulut. Sifilis dapat didiagnosa dengan uji RPR (Rapid Plasminogen Reagent). Dengan uji RPR akan terdeteksi antibody dari treponema palladium, uji ini memeriksa respon tubuh terhadap penyakit, tidak langsung ke bakteri spirokheta. Uji ini menggunakan sampel darah dan serum seseorang yang ingin diperiksa untuk mencari antibody nonspesifik di dalam darah pasien dan yang dicurigai mengandung mikroorganisme T. Pallidium yang menyebabkan sifilis dengan bantuan partikel karbon. Kata “Reagin” disini berarti pemeriksaan ini bukan untuk mengetahui antibody yang melawan bakteri penyebab, namun lebih kepada antibody yang melawan substansi atau bahan yang dilepaskan oleh sel yang rusak oleh bakteri T. pallidum. Apabila partikel karbon tidak menunjukkan adanya penggumpalan, maka hasil tes negative akan tetapi apabila partikel karbon menunjukkan penggumpalan maka dapat dikatakan bahwa hasil tes positif, yang menunjukkan proses flokulasi cardiolipin-antigen karena adanya antibody dalam serum.

D. GEJALA
Sifat-sifat yang mendasari virelensi Treponema pallidum belum dipahami selengkapnya tidak ada tanda- tanda bahwa kuman ini bersifat toksigenik karena didalam dinding selnya tidak ditemukan eksotosin ataupun endotoksin. Meskipun didalam lesi primer dijumpai banyak kuman namun tidak ditemukan kerusakan jaringan yang cukup luas karena kebanyakan kuman yang berada diluar sel akan terbunuh oleh fagosit tetapi ada sejumlah kecil Treponema yang dapat tetap bertahan didalam sel makrofag dan didalam sel lainya yang bukan fagosit misalnya sel endotel dan fibroblas. Ini dapat menjadi petunjuk mengapa Treponema pallidum dapat hidup dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama, yaitu selama masa asimtomatik merupakan ciri khas dari penyakit sifilis. Sifat invasif Treponema sangat membantu memperpanjang daya tahan kuman didalam tubuh manusia.
Timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan menghilang dengan sendirinya tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, setelah 5-10 tahun penyakit ini akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil, penyakit ini dapat menular kepada bayi yang dikandungnya yang mengakibatkan kerusakan kulit, hati, limpa dan keterbelakangan mental. Jika tidak diobati gejala sipilis akan muncul dalam empat tahap.
1. Stadium Satu (primer)
Muncul 9-90 hari setelah terinfeksi. Stadium ini ditandai oleh munculnya luka yang kemerahan dan basah di daerah vagina, poros usus atau mulut. Luka ini disebut dengan chancre, dan muncul di tempat spirochaeta masuk ke tubuh seseorang untuk pertama kalinya. Pembengkakan kelenjar getah bening juga ditemukan selama stadium ini. Setelah beberapa minggu, chancre tersebut akan menghilang. Stadium ini merupakan stadium yang sangat menular. Pada kebanyakan wanita, infeksi awal biasanya akan terlihat sembuh sendiri, tanpa perawatan. Namun 25%nya akan masuk ke stadium kedua, yang timbul beberapa minggu hingga bulan setelah stadium pertama.
2. Stadium dua (sekunder)
Kalau sifilis stadium satu tidak diobati, biasanya para penderita akan mengalami stadium yang mengenai seluruh tubuh dan menyerang berbagai organ. Penderita mungkin mengalami berbagai gejala yang bermacam-macam, dan yang tersering adalah kulit yang berbintik merah dan tidak gatal di telapak tangan atau kaki. Biasanya timbul juga gejala demam, sakit kepala, kerontokan rambut, sakit tenggorokan, ada noda di hidung, mulut, dan vagina. Di dekat vagina juga tampak tumbuh bagian seperti kutil. Infeksi pada stadium ini bisa terjadi dengan kontak biasa. Stadium ini biasanya berlangsung selama satu sampai dua minggu.
3. Stadium laten
Kalau sifilis stadium dua masih juga belum diobati, para penderitanya akan mengalami apa yang disebut dengan sifilis laten. Hal ini berarti bahwa semua gejala penyakit akan menghilang, namun penyakit tersebut sesungguhnya masih bersarang dalam tubuh, dan bakteri penyebabnya pun masih bergerak di seluruh tubuh. Sifilis laten ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun lamanya.
4. Stadium tiga (tersier)
Penyakit ini akhirnya dikenal sebagai sifilis tersier. Pada stadium ini, spirochaeta telah menyebar ke seluruh tubuh dan dapat merusak otak, jantung, batang otak dan tulang
Pada stadium ketiga, bakteri kembali menyerang seluruh tubuh dan beberapa gejalanya adalah:
a. pembuluh arteri besar (aorta) melebar, menyebabkan gangguan jantung
b. terbentuknya bengkak bulat (nodul) di berbagai organ yang disebut gumma
c. infeksi ke otak, menyebabkan struk, gangguan jiwa, radang selaput otak (meningitis)
d. gangguan penglihatan
e. gangguan pendengaran hingga tuli

E. CARA PENULARAN
Harus terjadi kontak langsung dengan kulit orang yang telah terinfeksi disertai dengan lesi infeksi sehingga bakteri bisa masuk ke tubuh manusia. Pada saat melakukan hubungan seksual (misal) bakteri memasuki vagina melalui sepalut lendir dalam vagina, anus atau mulut melalui lubang kecil. Sifilis sangan infeksius pada tahap 1 dan 2. selain juga dapat disebarkan per-plasenta, serta transfuse darah.

F. SIFILIS DALAM KEHAMILAN
Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan, dimana treponema telah dapat menembus barier plasenta. Apabila infeksi pada kehamilan karena tidak melakukan pemeriksaan antenatal yang adekuat akan mempunyai pengaruh buruk pada janin.
Pengaruh terhadap janin antara lain:
- Kematian janin
- Partus prematurus
- Bayi lahir dengan sifilis konginetal

G. PENGOBATAN
Pengobatan sifilis bergantung pada stadium yang tengah berlangsung. Penderita akan dibeikan penisilin kerja panjang pada stadium awal dan akhir. Bila pada pasien sudah mengenai komplikasi pada otak, maka memerlukan pengobatan penisilin melalui pembuluh balik (vena). Antibiotika yang dapat digunakan lainnya adalah doksisiklin dan tetrasiklin.
Pengobatan sifilis dalam kehamilan yaitu dengan penisilin. 1 kali penyuntikan penisilin dirasa telah cukup adekuat, meski beberapa penderita memerlukan 1-3 kali injeksi penisilin. Dokter akan meminta penderita yang telah menjalani medikasi untuk melakukan tes darah setahun kedepan, dimaksudkan untuk memastikan bakteri telah lisis dari tubuh penderita. Menerapkan pola hubungan seksual yang sehat dan aman. Bagi penderita yang alergi penisilin, dapat diganti dengan eritromycine atau tetrasiklin.

H. PENCEGAHAN
- Menghindari seks yang tidak aman
- Tidak berganti-ganti pasangan
- Selalu menjaga kebersihan alat kelamin

I. PENATALAKSANAAN
a) Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada persalinan.
b) Menerapkan prinsip pencegahan infeksi pada penggunaan instrumen.
c) Pemberian antibiotika, misal : Benzalin pensilin 4,8 juta unit IM setiap minggu dengan 4x pemberian; Dofsisiklin 200 mg oral dosis awal, dilanjutkan 2×100 mg oral hingga 20 hari; Sefriakson 500 mg IM selama 10 hari.
d) Sebelum pemberian terapi pada bayi dengan dugaan/ terbukti menderita sifilis kongenital, maka dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinalis dan uji serologik tiap bulan sampai negatif. Berikan antibiotik : Benzalin pensilin 200.000 IU/ kgBB per minggu hingga 4x pemberian; Sefriakson 50 mg/ kg BB dosis tunggal (per hari 10 hari).
e) Lakukan konseling preventif, pengobatan tuntas dan asuhan mandiri.
f) Memastikan pengobatan lengkap dan kontrol terjadwal.
g) Pantau lesi kronik atau gejala neurologik yang menyertai.










Daftar pustaka

Nugraheni, E. 2010. Asuhan Kebidanan pathologi. Pustaka Rihama. Yogyakarta

Prawiroharjo, S. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta

Prawiroharjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta

Varney, H, dkk. 2006. Buku ajar Asuhan Kebidanan. EGC. Jakarta

Widyastuti, Y, dkk. 2008. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya. Yogyakarta

http://ravethouscare.wordpress.com/2009/06/22/penyakit-menular-seks/ 2 Oktober 2010 19:15

http://www.lusa.web.id/penyakit-menular-seksual/ 2 Oktober 2010 19:20

http://www.g-excess.com/id/pengertian-dan-gejala-pms-dan-hivaids-%E2%80%93-penyakit-menular-sexsual.html 2 Oktober 2010 19:30

http://onlinelibraryfree.com/2010/makalah-infeksi-sifilis-penyakit-kelamin-penyakit-seksual-menular-pada-pria-dan-wanita/

GANGGUAN HAID

Terjadinya menstruasi atau haid merupakan perpaduan antara kesehatan alat genetalia dan rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari mata rantai aksis hipotalamus – hipofisis – ovarium.Oleh karena itu, gangguan haid dan gangguan siklus haid dapat terjadi dari kelainan kedua factor tersebut. Beberapa bentuk kelainan haid dan siklis haid masa reproduksi aktif sebagai berikut:
1. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan
a. Hipermenorea ( menoragia )
b. Hipomenorea
2. Kelainan siklus haid
a. Polimenorea
b. Oligo menorea
c. Amenorea
3. Perdarahan di luar haid
- metroragia
4. keadaan lain berkaitan dengan haid
a. Ketegangan pra haid ( premenstrual tension )
b. Mastodinia
c. Perdarahan ovulasi ( mittelschme )
d. Dismenorea
Penjabaran kelainan haid dan siklus haid sebagai berikut:

1. Kelainan tentang banyak dan lama perdarahan
a. Hipermenorea ( menoragia )
Adalah perdarahan haid yang lebih dari normal, atau lebih lama dari normal ( lebih dari 8 hari )dan dapat disertai gumpalan darah. Sebab kelainan ini terletak pada kondisi pada uterus, misalnya pada mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu,polip endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid ( irregular endometrial shedding ) , dan sebagainya. Pada gangguan pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan endometrium yang diikuti dangan gangguan pelepasannya pada waktu haid.
Menghadapi keadaan tersebut bidan dapat melakukan tindakan diantaranya:
- Memberikan pengobatan engometrin tablet/suntikan
- KIEM agar melanjutkan pemeriksaan
- Melakukan konsultasi ke dokter puskesmas,merujuk penderita ke dokter ahli kandungan, merujuk penderita ke RS.

b. Hipomenorea
Adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan / lebih kurang dari biasa. Juga dapat disebabkan kesuburan endometrium kurang karena keadaan gizi penderita yang rendah, penyakit menahun, dan gangguan hormonal. Adanya hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.Menghadapi keadaan demikian, bidan dapat melakukan konsultasi ke puskesmas atau merujuk ke dokter ahli.
2. Kelainan siklus haid
a. Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa (kurang dari 21 hari).
1) Kalau siklus pendek tapi teratur kemungkinan :
• Stadium proliferasi pendek
• Staium sekresi pendek
• Keduanya pendek
Yang paling sering dijumpai ialah pemendekan stadium prolifeasi.kalau siklus lebih pendek dari 21 hari maka kemungkinan besar jaga stadium sekresi pendek.Hal ini menyebabkan infertilitas.
2) Siklus yang tadinya normal menjadi pendek.
Gejala ini biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena corpus luteum lekas mati.Ini sering terjadi karena dysfungsi ovarium pada:climakterium, pubertas, penyakit (tbc).
Terapi: stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan esterogen dan stadium sekresi dengan kombinasi esterogen dan progesteron

b. Oligomenorea
Siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Oligomenorea disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal.Bila oligomenorea berkelanjutan selama 3 bulan berturut-turut disebut amenorea.







c. Amenorea
Adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Beberapa pembagian amenorea:
 Amenorea primer: bila seorang wanita berumur 18 tahun keatas belum mendapatkan menstruasi .
 Amenorea sekunder: pernah mendapatkan haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
 Amenore fisiologis:
- sebelum pubertas
- hamil dan laktasi amenorea
- menopause
 Amenorea patologis:
- Gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium
- Kelainan kongenital
- Gangguan system hormonal: menstruasi merupakan hasil kerja sama kelenjar endokrin yang kompleks. Karena itu bila terjadi gangguan system hormonal dapat terjadi amenorea.
Terapi:
• hormon-hormon untuk merangsang ovulasi: merangsang hyphotalamus gonadotrophin sebagai substitusi terapi.
• Iradiasi dari ovarium
• Kesehatan umum harus diperbaiki.: amenorea karena TBCtidak usah diobati

3. Perdarahan diluar haid
- Metroragia
Adalah perdarahan yang terjadi di luar haid ,dengan penyebab:
I. Metroragia yang disebabkan oleh adanya kehamilan seperti: abortus dan kehamilan ektopik.
II. Metroragia di luar kehamilan: karena luka yang tidak sembuh (carcinoma dari corpus uteri ) dll.


4. Perdarahan bukan haid
Perdarahan bukan haid digolongkan sebagai perdarahan yang tidak ada hubungannya dengan haid dan dapat disebabkan karena kelainan organic dan kelainan hormonal (fungsional).

a) Sebab-sebab organic:
 Vagina : varises pecah, metastase-korio karsinoma, keganasan vagina.
 Serviks : karsinoma portio, perlukaan serviks, polip serviks.
 Rahim : polip endometrium, karsinoma corpus uteri, submukosa mioma uteri
 Tuba fallopii : karsinoma tuba, hamil ektopik tuba.
 Ovarium : radang ovarium, tumor ovarium.
b) Sebab-sebab fungsional
Perdarahan dari uterus yang tidak ada hubungannya dengan sebab organic dinamakan perdarahan disfungsional.Perdarahan ini dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan menopause.Tetapi kelainan ini lebih sering dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.

5. Keadaan lain berkaitan dengan haid
a. Ketegangan pra-haid (premenstrual tension)
Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.Gejala ini banyak dijumpai pada wanita berumur 30 sampai 45 tahun.
Penyebab yang jelas tidak diketahui tetapi terdapat dugaan bahwa ketidakseimbangan antara esterogen dan progesterone.Dikemukakan bahwa dominasi “esterogen” merupakan peyebab dengan defisiensi fase lutealdan kekurangan produksi progesterone. Akibat dominasi esterogen terjadi retensi air dan garam,dan edema pada beberapa tempat.
Gejala kliniknya dalam bentuk:
• Gangguan emosional
• Sukar tidur, gelisah, sakit kepala
• Perut kembung, mual sampai muntah
• Payudara terasa tegang dan sakit
• Pada kasus yang lebih berat sering merasa tertekan

b. Mastodinia
Adalah rasa tegang dan nyeri pada payudara menjelang haid. Disebabkan karenadominasi hormone esterogen,sehingga terjadi retensi air dan garam disertai hyperemia disekitar payudara. Segera setelah menstruasi, mastalgia menghilangdengan sendirinya.

c) Perdarahan ovulasi (mittelschmer)
Adalah rasa nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitarpertengahan siklus haid, pada saat ovulasi.Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan tetapi mungkun berat. Lamanya mungkin beberapa jam,tetapi pada beberapa kasus sampai 2-3 hari. Mittelschmer penting diperhatikan agar dapat menasehati mereka yang infertilitasagar mempergunakannya untuk mendapatkan kehamilan.kadang – kadang mizttelschmer diikuti oleh pedarahanyang berasal dari proses ovulasi dengan gejala klinia seperti hamil ektopik yang pecah.

d) Dismenorea
Adalah rasa nyeri saat menstruasi yang mengganggu kehidupansehari – hari wanita dan mendorong penderita untuk melakukan pemerikasaan atau konsultasi ke dokter, puskesmas,ataudatang ke bidan. Dikenal dengan dua bentuk dismenorea:
1. Dismenoria primer : tidak terdapat kelainan organ dimana Rahim dalam batas normal. Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus – sikls haid pada bulan – bulan pertama setelah menarche biasanya berjenis anovulatoar yang tidak disertai dengan rasa nyeri.
2. Dismenorea sekunder : bila terdapat kelainan organik seperti mioma, endometrial, dan endometriosis.
Gejala klinis dismenorea adalah :
• Nyeri abdomen bagian bawah
• Menjalar ke daerah pinggang dan paha
• Disertai keluhan mual dan muntah; sakit kepala;diare; mudah tersinggung.
Penanganan :
I. Penerangan dan nasehat
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenorea adalah gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Hendaknya dlakukan penjelasan dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan penderita, kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau takhayul tentang haid perlu dibicarakan. Nasehat- nasehat mengenai makanan yang sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin berguna.

II. Pemberian obat analgesic
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat dan kompres panas pada pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat anlgesik yang sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin,fenasetin dan kafein. Obat – obat paten yang beredar di pasaran ialah antara lain novalgin, ponstan, acet – aminophen,dst.
III. Terapi hormonal
Tujuan terapi ini, untuk menekan ovuasi.Tindakan ini bersifat sementara dengn maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar – benar dismenorea primer, atau untuk memungkinkan penderita melakukan pekerjan penting pada waktu haid tanpa gangguan.Tujuan ini dapat di capai dengan pemberian salah satu pil kombinasi konstrasepsi.
IV. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Salah satu yang termsuk disini indometasin,ibyphrofen, naproksen; dalam kurang lebih70% penderita dapat disembuhkan atau mengalami perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai:1 – 3 hari sebelum haid, dan pada hari pertama haid.
e) Masalah menopause
Sebagian besar wanita telah siap menghadapi mati haid, karena itu dapat melewati dengan tenang dan aman.Hanya sekitar 25% wanita memerlukan pertolongan medis untuk dapat mengatasi masalah klimakterium dengan tambahan terapi hormonal.
Klimakterium adalah peralihan dari masa reproduksi aktif menjadi senium, dimana terdapat keseimbangan baru hormonal sehingga tidak terjadi gangguan vegetatif maupun gangguan psikolagis.
Klimakterium dapat dibagi:
a. Pre – menopause
• Terjadi penurunan tajam esterogen
• Meningkatnya hormone gonadotropin
• Gangguan keseimbangan hormom: menstruasi tidak lancer
• Menimbulkan gejala klinis: psikologis (cepat marah, takut tak menarik.dst)
b. Menopause
• Haid terakhir atau saat menstruasi terakhir
• Tenggang waktu sekitar 1 – 2 tahun
c. Pasca – menopause
• Masih terjadi kegoncangan hormonal
• Masih ada gejala klinikberkelanjutan dari pre- menopause
d. Senium
• Keadaan keseimbangan hormonaltercapai sehingga wanita tidak mengalami kegoncangan psikologis
• Tulang osteoporosis sehingga mudah patah

Proses klimakterium dapat menimbulkan beberapa perubahan, yaitu:
1. Gangguan jadwal menopause
• Menopause premature
 Terhentinya haid pada umur 40 tahun
 Terdapat gejala menopause hot fluses, kenaikan gonadotropin.
• Menopause terlambat
 Erhentinya haid setelah umur 55 tahun
 Terdapat gejala menopause.
2. Kelainan organic pada masa menopause
Dengan rangsangan estrogen terus – menerus tanpa selingan progesteron memberikan peluang terjadinya keadaan patologis organ tujuan estrogen daam bentuk:
• Perdarahan disfungsional semakin meningkat
• Terjadi perubahanalat genetalia menjadi tumor jinak: mioma uteri
• Karsinoma korpus uteri
• Keganasan payudara













DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian obstetric & ginekologi FK Universitas Padjadjaran Bandung. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar Offset
2. Manuaba, IBG.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta: Buku Kedokteran EGC
3. Manuaba, IBG. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.Jakarta:Penerbit Arca
4. Prawirohardjo, Sarwono.2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo







































.


















.

Sabtu, 11 Desember 2010

VULVITIS

PENGERTIAN
Peradangan vulva dapat disebabkan oleh sejumlah iritan yang berbeda, yang terutama adalah Candida albicans, Trichomonas vaginalis, Gardnerella (Hemophilius) vaginalis, dan viris herpes simplex. Pada radang vulva (vulvitis) vulva membengkak, merah dan agak nyeri, kadang-kadang disertai dengan gatal.

KLASIFIKASI
Umumnya vulvitis dibagi dalam 3 golongan:
a. Yang bersifat lokal
b. Yang timbul bersama-sama atau sebagai akibat vaginitis
c. Yang merupakan permulaan atau manifestasi dari penyakit umum.
Yang termasuk ke dalam golongan vulvitis lokal ialah:
a. a. Infeksi pada kulit, termasuk rambut dan kelenjar-kelenjar keringat. Infeksi ini timbul karena luka.
b. Infeksi pada orifisium urethra eksternum, glandula paraurethralis. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh gonorea.
c. Infeksi pada glandula bartholini. Infeksi ini sering timbul pada gonorea, akan tetapi dapat mempunyai sebab lain, misalnya streptokokus, atau basil koli. Pada bartholini akut kelenjar membesar, merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isinya cepat menjadi nanah yang dapat keluar melalui duktusnya, atau jika duktus tersumbat, menggumpal di dalamnya dan menjadi abses yang kadang-kadang dapat menjadi sebesar telur bebek. Jika belum menjadi abses, keadaan bisa diatasi dengan antibiotika, jika sudah bernanah dikeluarkan sayatan. Radang pada glandula bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam bentuk kista bartholini.
Dalam golongan vulvitis sebagai permulaan atau manifestasi penyakit umum, terdapat antara lain:
 Penyakit-penyakit kelamin
 Tuberkulosis
 Vulvitis yang disebabkan oleh infeksi karena virus
 Vulvitis pada diabetes mellitus

PENYEBAB
Penyebabnya bisa berupa:
1. Infeksi
 Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
 Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil dan pemakai antibiotik
 Protozoa (misalnya Trichomonas vaginalis)
 Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes).
2. Hygiene yang kurang
3. Tumor ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Obat-obatan
5. Perubahan hormonal.
6. Vulvitis sekunder terhadap leukorrhoe dan fistul gonore
7. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.

GEJALA
Gejala yang paling sering ditemukan adalah
 Keluarnya cairan abnormal dari vagina.
Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak, baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya bermacam-macam. Misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau kemerahan.
 Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis.
Setelah melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri semakin banyak yang tumbuh.
 Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina.
 Kulit tampak merah dan terasa kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi antibiotik.
 Infeksi karena Trichomonas vaginalis menghasilkan cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau yang tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat. Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah, bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal yang belum menyebar ke daerah lain).
 Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa disebabkan oleh infeksi herpes atau abses.
 Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa disebabkan ole kanker atau sifili

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan yang keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan, dilakukan pemeriksaan Pap smear.

PENGOBATAN
Jika cairan yang keluar dari vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik, anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya.
Untuk mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.
Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari. Selain antibiotik, untuk infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri.
Pada infeksi menular seksual, untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat yang sama. Penipisan lapisan vagina pasca menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan vagina.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan menyerap keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun) serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin).
Untuk mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva atau berendam dalam air dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.

Keputihan (Leukorea)

I. Pengertian

Keputihan adalah semua pengeluaran cairan alat genital yang bukan darah,atau keluarnya cairan berlebihan dari liang senggama (vagina) yang terkadang disertai rasa gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan, kerap disertai bau busuk, dan menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama.
Keputihan atau Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal di dalam vagina dan di sekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur atau juga parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan ke saluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat si penderita buang air kecil.
Keputihan atau Leukorea bukanlah penyakit,tetapi gejala penyakit,sehingga sebab yang pasti perlu di tetapkan.
II. Klasifikasi keputihan
Menurut para pakar sex (pakar seksologi), perbedaan fisiologik dan patologik adalah, pada fisiologik cairan kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada patologik, terdapat lebih banyak leukosit. Mungkin leukorea merupakan gejala yang paling sering di jumpai pada penderita ginekologik; adanya gejala ini di ketahui penderita karena mengotori celananya.

Keputihan karena fisiologik dapat ditemukan pada :
a. bayi yang baru lahir hingga berumur kira-kira sepuluh hari,disini sebabnya adalah pengaruh estrogen dari placenta terhadap uterus dan vagina janin.
b. waktu menarche, karena mulai terdapat pengaruh estrogen,leukorea isini hilang sendiri,akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orang tuanya.
c. wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus (Coitus), disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
d. waktu ovulasi dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e. pada wanita berpenyakit menahun dengan neurosis,
f. dan wanita dengan ektropion porsionis uteri.

Sementara keputihan patologik utamanya disebabkan infeksi (jamur, kuman, parasit, virus). Di sini cairan banyak mengandung leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau,sering kali lebih kental dan berbau. Namun dapat pula akibat adanya benda asing dalam liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada alat kelamin terutama di leher rahim.

III. Gejala keputihan
• Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer atau kental, dan kadang-kadang berbusa. Mungkin gejala ini merupakan proses normal sebelum atau sesudah haid pada wanita tertentu.
• Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya.
• Warna cairan keputihan bervariasi, dari putih, kekuningan, abu-abu, dengan konsistensi cair hingga kental atau bahkan berbentuk seperti kepala susu.
• Bau dari keputihan pun beragam, dapat tanpa bau, berbau telur busuk, bahkan anyir seperti ikan mentah.
Celakanya, keputihan dapat menyerang wanita mulai dari kanak-kanak hingga menopause. Hal ini karena keputihan terbagi menjadi dua, fisiologik dan patologik.
Biasanya keputihan yang normal tidak disertai dengan rasa gatal. Keputihan juga dapat dialami oleh wanita yang terlalu lelah atau yang daya tahan tubuhnya lemah. Sebagian besar cairan tersebut berasal dari leher rahim, walaupun ada yang berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat kelamin luar.
• Pada bayi perempuan yang baru lahir, dalam waktu satu hingga sepuluh hari, dari vaginanya dapat keluar cairan akibat pengaruh hormon yang dihasilkan oleh plasenta atau uri.
• Gadis muda kadang-kadang juga mengalami keputihan sesaat sebelum masa pubertas, biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya.
Beberapa kondisi dengan leukorea abnormal :
 Keganasan alat kelamin, pada kondisi ini kadang di sertai warna darah.
 Terkena benda asing, ini dapat terjadi pada anak yang memasukan benda asing ke dalam liang senggama.(Penulis buku “Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita”, Ida Bagus Manuaba,pernah mengeluarkan tutup botol logam yang masuk ke liang senggamapada anak umur 9 tahun) , atau juga alat kontrasepsi IUD.
 Adanya tumor jinak,yaitu polip mulut rahim atau polip rahim dan bentuk tumor lainnya.

IV. Penyebab keputihan
Penyebab keputihan secara umum adalah:
• Sering memakai tissue saat membasuh bagian kewanitaan, sehabis buang air kecil maupun buang air besar
• Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis
• Sering menggunakan WC Umum yg kotor
• Tidak mengganti panty liner
• Membilas vagina dari arah yang salah. Yaitu dari ke arah anus ke arah depan vagina
• Sering bertukar celana dalam/handuk dgn orang lain
• Kurang menjaga kebersihan vagina
• Kelelahan yang amat sangat
• Stress
• Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi
• Memakai sembarang sabun untuk membasuh vagina
• Tidak mejalani pola hidup sehat (makan tidak teratur, tidak pernah olah raga, tidur kurang)
• Tinggal di daerah tropis yang lembab
• Lingkungan sanitasi yang kotor.
• Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas. Jamur yang menyebabkan keputihan lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat.
• Sering berganti pasangan dalam berhubungan sex
• Kadar gula darah tinggi
• Hormon yang tidak seimbang
• Sering menggaruk vagina
Sedangkan dengan memperhatikan cairan yang keluar, kadang-kadang dapat diketahui penyebab keputihan.
• Infeksi kencing nanah, misalnya, menghasilkan cairan kental, bernanah dan berwarna kuning kehijauan.
• Parasit Trichomonas Vaginalis menghasilkan banyak cairan, berupa cairan encer berwarna kuning kelabu.
• Keputihan yang disertai bau busuk dapat disebabkan oleh kanker.

Infeksi akibat kuman (bakteri), misalnya akibat;
• Gonococcus, atau lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya merupakan nanah yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung kuman Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama.
• Chlamydia trachomatis, kuman ini sering menyebabkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.
• Gardenerella, menyebabkan peradangan vagina tak spesifik. Biasanya mengisi penuh sel-sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin bau amis, berwarna keabu-abuan.
• Treponema pallidium, adalah penyebab penyakit kelamin sifilis. Penyakit ini dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di liang senggama dan bibir kemaluan.
• Infeksi akibat jamur biasanya disebabkan spesies candida. Cairannya kental, putih susu (sering berbentuk kepala susu), dan gatal. Vagina menjadi kemerahan akibat radang. Predisposisinya adalah kehamilan, Diabetes melitus, akseptor pil KB.

Parasit penyebab keputihan terbanyak adalah Trichomonas vaginalis. Cairannya banyak, berbuih seperti air sabun, bau, gatal, vulva kemerahan, nyeri bila ditekan atau perih saat buang air kecil. Sementara keputihan akibat virus disebabkan Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simpleks.
Infeksi lain yang mungkin dapat timbul adalah :
1. Penyakit hubungan seks. (Gonorea,Kondiloma,Sifilis.)
2. Candida albicans.(keputihan bergumpal,dan terasa gatal)
3. Trikomonas vaginalis.(Keputihan encer,berbau,terasa gatal,pada vagina tampak gigitan nyamuk).

V. Penanggulangan Keputihan

Keputihan sebagai gejala penyakit dapat di tentukan melalui berbagai pertanyaan yang mencakup kapan di mulai , berapa jumlahnya, apa gejala penyertanya (gumpalan atau encer,ada luka di sekitar alat kelamin,pernah di sertai darah, ada bau busuk, menggunakan AKDR), adakah demam, rasa nyeri di sekitar kemaluan.
Hal ini dapat di lanjutkan pemeriksaan lain untuk mempertegas diagnosis,yaitu dengan,
1. pemeriksaan inspekulo :
a. Dari mana asalnya keputihan.
• Mulut rahim
• Hanya bersifat lokal
b. Bagaimana dinding vagina
• Warnanya
• Apakah terdapat bintik merah,seperti di gigit nyamuk
• Apakah keputihan bergumpal atau encer
• Apakah keputihan melekat pada dinding vagina
c. Bagaimana mulut rahim
• Apakah tertutup oleh keputihan
• Apakah terdapat perlukaan
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat tertentu untuk mendapatkan gambaran alat kelamin yang lebih baik, seperti melakukan pemeriksaan kolposkopi yang berupa alat optik untuk memperbesar gambaran leher rahim, liang senggama dan bibir kemaluan.
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan terhadap keputihan mencakup pewarnaan gram (untuk infeksi bakteri), peparat basah (infeksi trikomonas), preparat KOH (infeksi jamur), kultur atau pembiakan (menentukan jenis bakteri penyebab), Pap Smear (untuk menentukan adanya sel ganas).
Bidan dapat melakukan tindakan :
• Melakukan pertanyaan tentang berbagai masalah keputihan
• Melakukan pemeriksaan inspekulo
• Pengambilan preparat pemeriksaan laborat dan pap smear
• Melakukan konsultasi dengan puskesmas atau doker ahli

Lalu, bagaimana pengobatan yang rasional untuk mengatasi keputihan? Beberapa cara dapat dilakukan, yaitu sebagai penawar saja, obat pemusnah atau pemungkas, dan melakukan penghancuran lokal pada kutil leher rahim, liang senggama, bibir kemaluan, atau melakukan pembedahan.

Obat-obat penawar misalnya Betadine vaginal kit, Intima, Dettol, yang sekadar membersihkan cairan keputihan dari liang senggama, tapi tidak membunuh kuman penyebabnya. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan radioaktif atau penyuntikan sitostatika. Sedangkan obat pemusnah misalnya vaksinasi, tetrasiklin, penisilin, thiamfenikol, doksisiklin, eritromisin, dsb.

Sementara penghancuran lokal dan pembedahan berupa pengangkatan sebagian jaringan leher rahim, dengan menggunakan kawat berlubang yang dialiri listrik atau dipancung berbentuk kerucut ke bawah menggunakan pisau bedah yang disebut konisasi.

Atau bisa dilakukan pengangkatan seluruh badan kandungan yang disebut histerektomia (jika ada prakanker leher rahim, atau kanker leher rahim).

Banyak juga keputihan yang membandel. Karena itu, lebih baik mencegah ketimbang mengobati. Dalam kasus keputihan, pencegahan bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti menggunakan alat pelindung (kondom), pemakaian obat atau cara profilaksis (pemakaian obat antibiotika disertai dengan pengobatan terhadap jasad renik penyebab penyakit), dan melakukan pemeriksaan dini.
DAFTAR PUSTAKA

CANDIDIASIS VAGINALIS

A. Pengertian
Kandidiasis Vaginalis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur, yang terjadi disekitar vagina. Umumnya menyerang orang-orang yang imunnya lemah.
Kandidiasis dapat menyerang wanita disegala usia, terutama usia pubertas. Keparahannya berbeda antara satu wanita dengan wanita lain dan dari waktu ke waktu pada wanita yang sama.
Candidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh spesies candida, biasanya oleh spesies candida albicans dan dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki atau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis.
Nama lain dari candidiasis adalah kandidosis, dermatocandidiasis, bronchomycosis, mycotic vulvovaginitis, muguet, dan moniliasis.
Istilah candidiasis banyak digunakan di Amerika, sedangkan di Kanada, dan negara-negara di Eropa seperti Italia, Perancis, dan Inggris menggunakan istilah Kandidosis, konsisten dengan akhiran –osis seperti pada histoplasmosis dan lain-lain.
B. Penyebab
Kandidiasis Vaginalis disebabkan oleh jamur candida albicans. Selain divagina dapat menyerang organ lain yaitu kulit, mukosa oral, bronkus, paru-paru, usus dll. Candida biasanya tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Kandidiasis vagina lebih sering terjadi terutama karena meningkatnya pemakaian antibiotik, pil KB, dan obat-obatan lainnya yang menyebabkan perubahan suasana vagina sehingga memungkinkan pertumbuhan Candida. Kandidiasis vagina sering ditemukan pada wanita hamil atau wanita dalam siklus menstruasi dan pada penderita kencing manis.
C. Gejala Klinis
1. Mengenai mukosa vulva (labia minora) dan vagina.
2. Bercak putih, kekuningan, heperemia, leukore seperti susu
3. pecah, dan gatal hebat.
4. Dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih.
D. Diagnosa
Secret encer, berwarna kuning keabu-abuan, berbau amis yang melekat pada daerah vagina. Selain itu diagnisis dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan mikroscopyc menggunakan sediaan apus dari secret yang dihasilkan vagina.
E. Patogenesis
Infeksi Kandida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.
a. Faktor endogen meliputi perubahan fisiologi, umur dan imonologi.
Perubahan fisiologi seperti kehamilan ( karena perubahan pH dalam vagina ) : kegemukan ( karena banyak keringat ) ; debilitas; latrogenik; endokrinopati ( gangguan gula darah kulit ); penyakit kronik seperyi : tuberculosis, lupus eritematosus dengan keadaan umum yang buruk.
Umur contohnya : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologinya tidak sempurna. Imunologi contohnya penyakit genetik.
b. Faktor eksogen meliputi : iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan respirasi meningkat, kebersihan kulit.
F. Pengobatan
1. Instatin : berupa cream, salep, emulsi.
2. Grup azol : mikonazol 2% berupa cream atau bedak, klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan cream, tiokonazol, bufonazol, isokonazol, siklopiroksolamin 1% larutan, cream, antimikotin yang laen yang berspektrum luas.
3. Untuk kandidiasis vaginalis dapat diberiakan kontrimazol 500mg pervaginam dosis tunggal, sistemik diberikan ketokonazol 2x200mg selam 5 hari atau dengan intrakonazol 2x200mg dosis tunggal atau dengan flukonazol 150mg dosis tunggal.
4. Intrakonazol : bila dipakai untuk kandidiasis vulvovaginalis dosis orang dewasa 2x100mg sehari, selama 3 hari.
G. Pencegahan
Obat-obatan tidak biasa dipakai untuk mencegah kandidiasis.
Ada beberapa alasan :
a. Penyakit tersebut tidak begitu bahaya.
b. Ada obat-obatan yang efektif untuk mengobati penyakit tersebut.
c. Ragi dapat menjadi kebal ( resistan ) terhadap obat-obatan. Memperkuat sistem kekebalan tubuh adalah cara terbaik untuk mencegah jangkitan kandidiasis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kandidiasis vaginalis merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur candida albicans yang, menyerang daerah vagina dengan gejala gatal atau iritasi pada daerah vagina dan bisa disertai pengeluaran secret.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun guna perbaikan makalah ini di masa mendatang.

Jumat, 10 Desember 2010

Herpes Genetalis

I. PENGERTIAN
Herpes genitalis merupakan infeksi pada genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).
Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah genital.
Masa inkubasi: 3-14 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh, dimulai dengan rasa terbakar atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk.
Lokasi
Pada pria paling banyak ditemui di kepala penis, penis dan preputium (bagian yang disunat)
Pada perempuan banyak menyerang bagian luar alat kelamin, vagina dan servik.
Gejala
Bintil-bintil (vesikel) berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada kemaluan.
Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering berkerak, lalu hilang sendiri.
Kelenjar getah bening di daerah selangkangan membesar.
SULITit buang air kecil.
II. ETIOLOGI HERPES GENITALIS
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH), yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).



III. EPIDEMIOLOGI HERPES GENITALIS
Prevalensi anti bodi dari HSV-1 pada sebuah populasi bergantung pada faktor-faktor seperti negara, kelas sosial ekonomi dan usia. HSV-1 umumnya ditemukan pada daerah oral pada masa kanak-kanak, terlebih lagi pada kondisi sosial ekonomi terbelakang.
Disamping itu lebih banyaknya golongan wanita dibandingkan pria disebabkan oleh anatomi alat genital (permukaan mukosa lebih luas pada wanita), seringnya rekurensi pada pria dan lebih ringannya gejala pada pria. Walaupun demikian, dari jumlah tersebut di atas hanya 9% yang menyadari akan penyakitnya.
Kebiasaan, orientasi seksual dan gender mempengaruhi HSV-2. HSV-2 prevalensinya lebih rendah dibanding HSV-1 dan lebih sering ditemukan pada usia dewasa yang terjadi karena kontak seksual. Prevalensi HSV-2 pada usia dewasa meningkat dan secara signifikan lebih tinggi Amerika Serikat dari pada Eropa dan kelompok etnik kulit hitam dibanding kulit putih. Seroprevalensi HSV-2 adalah 5 % pada populasi wanita secara umum di inggris, tetapi mencapai 80% pada wanita Afro-Amerika yang berusia antara 60-69 tahun di USA.
Alfa herpes virus menginfeksi tipe sel multiple, bertumbuh cepat dan secara efisien menghancurkan sel host dan infeksi pada sel host. Infeksi pada natural host ditandai oleh lesi epidermis, seringkali melibatkan permukaan mukosa dengan penyebaran virus pada sistem saraf dan menetap sebagai infeksi laten pada neuron, dimana dapat aktif kembali secara periodik. Transmisi infeksi HSV seringkali berlangsung lewat kontak erat dengan pasien yang dapat menularkan virus lewat permukaan mukosa.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit.
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital.
Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
IV. GEJALA KLINIK HERPES GENITALIS
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai berikut :
Nyeri dan disuria
Uretral dan vaginal discharge
Gejala sistemik (malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
Limfadenopati yang nyeri pada daerah inguinal
Nyeri pada rektum, tenesmus
Tanda (sign) :
Eritem, vesikel, pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat infeksi.
Limfadenopati inguinal
Faringitis
Cervisitis
a. Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala.

Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.
b. Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer.
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks.
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM HERPES GENITALIS
A. Histopatologis
Vesikel herpes simpleks terletak intraepidermal, epidermis yang terpengaruh dan inflamasi pada dermis menjadi infiltrat dengan leukosit dan eksudat sereus yang merupakan kumpulan sel yang terakumulasi di dalam stratum korneum membentuk vesikel.(1)
B. Pemeriksaan serologis ( ELISA dan Tes POCK )
Beberapa pemeriksaan serologis yang digunakan:(1)
1. ELISA mendeteksi adanya antibodi HSV-1 dan HSV-2.
2. Tes POCK untuk HSV-2 yang sekarang mempunyai sensitivitas yang tinggi.
C. Kultur virus
Kultur virus yang diperoleh dari spesimen pada lesi yang dicurigai masih merupakan prosedur pilihan yang merupakan gold standard pada stadium awal infeksi. Bahan pemeriksaan diambil dari lesi mukokutaneus pada stadium awal (vesikel atau pustul), hasilnya lebih baik dari pada bila diambil dari lesi ulkus atau krusta.
Pada herpes genitalis rekuren hasil kultur cepat menjadi negatif, biasanya hari keempat timbulnya lesi, ini terjadi karena kurangnya pelepasan virus, perubahan imun virus yang cepat, teknik yang kurang tepat atau keterlambatan memproses sampel. Jika titer dalam spesimen cukup tinggi, maka hasil positif dapat terlihat dalam waktu 24-48 jam.
VI. KOMPLIKASI HERPES GENITALIS
Infeksi herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat menyebabkan penyakit mata yang serius termasuk kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata.(12) Bila pada kehamilan timbul herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.
VII. PENATALAKSANAAN HERPES GENITALIS
Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :
1. menjaga kebersihan lokal
2. menghindari trauma atau faktor pencetus.
Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah
1. Asiklovir
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.(4,5)

2. Valasiklovir
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.(4,5,9)
3. Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.
Beberapa ahli kandungan mengambil sikap partus dengan cara sectio caesaria bila pada saat melahirkan diketahui ibu menderita infeksi ini. Tindakan ini sebaiknya dilakukan sebelum ketuban pecah atau paling lambat 6 jam setelah ketuban pecah. Pemakaian asiklovir pada ibu hamil tidak dianjurkan.
Sejauh ini pilihan sectio caesaria itu cukup tinggi dan studi yang dilakukan menggarisbawahi apakah penggunaan antiviral rutin efektif menurunkan herpes genital yang subklinis, namun hingga studi tersebut selesai, tak ada rekomendasi yang dapat diberikan.
VIII. PENCEGAHAN HERPES GENITALIS
Hingga saat ini tidak ada satupun bahan yang efektif mencegah HSV. Kondom dapat menurunkan transmisi penyakit, tetapi penularan masih dapat terjadi pada daerah yang tidak tertutup kondom ketika terjadi ekskresi virus. Spermatisida yang berisi surfaktan nonoxynol-9 menyebabkan HSV menjadi inaktif secara invitro. Di samping itu yang terbaik, jangan melakukan kontak oral genital pada keadaan dimana ada gejala atau ditemukan herpes oral.
Secara ringkas ada 5 langkah utama untuk pencegahan herpes genital yaitu
1. Mendidik seseorang yang berisiko tinggi untuk mendapatkan herpes genitalis dan PMS lainnya untuk mengurangi transmisi penularan.
2. Mendeteksi kasus yang tidak diterapi, baik simtomatik atau asimptomatik.
3. Mendiagnosis, konsul dan mengobati individu yang terinfeksi dan follow up dengan tepat.
4. Evaluasi, konsul dan mengobati pasangan seksual dari individu yang terinfeksi.
5. Skrining disertai diagnosis dini, konseling dan pengobatan sangat berperan dalam pencegahan.
IX. KESIMPULAN
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.

DAFTAR PUSTAKA
1. Saenang RH, Djawad K, Amin S. Herpes Genetalis. Dalam: Amiruddin MD, editor. Penyakit Menular seksual. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedoktera Univesitas Hasanuddin; 2004.

2. BKKBN, Informatika Dasar Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi, Jakarta, 2001.

3. Douglas, Fleming, Quillan M, Johnson E.R, Nahmias A.J, Aral SO, et al. Herpes Simplex Virus Type 2 in the United States 1976 – 1994. In the New England Journal of Medicine, Vol.337(Number 16), Massachutes : Massachutes Medical Society, Oktober 16 1997.

4. Sutardi H. Herpes Simplex Manifestasi Klinis dan Pengobatan. Dalam: Ebers papyrus Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Univ.Tarumanagara, Vol 4 No.1 1998. Jakarta: Fakultas Kedokteran Tarumanagara; 1998.

TRIKOMONIASIS

A. Pengertian
Trikomoniasis, suatu tipe dari vaginitis, umumnya adalah sebuah Penyakit Menular Seksual (PMS). Karena adanya kebiasaan penentuan jenis penyakit dan pengobatan oleh klien sendiri dan diagnosis oleh petugas kesehatan tanpa menggunakan pemeriksaan yang memadai, beberapa orang dengan trikomoniasis tidak terdiagnosis. Penentuan jenis penyakit sendiri dapat terjadi karena terdapatnya obat-obat yang dijual bebas. Gejala dan tanda trikomoniasis tidak begitu spesifik, dan penegakan diagnosis memebutuhkan pemeriksaan laboratorium sederhana seperti sediaan basah (wet mount).
Trikomoniasis dapat menyebabkan seseorang kehilangan hari kerjanya karena adanya rasa yang tidak enak yang disebabkannya, sehingga infeksi ini seharusnya tidak diabaikan begitu saja. Adanya kejadian infeksi gabungan dengan PMS lain penting untuk diperhatikan pada saat membuat diagnosis trikomoniasis. Trikomoniasis merupakan masalah bagi penderitanya karena gejala dan kemungkinan komplikasi yang disebabkannya.
Trikomoniasis adalah infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas Vaginalis. (Manjoer, A ).

B. Patogenesis
Mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital dengan cara invasi sampai mencapai jaringan epitel dan sub epitel . Masa tunas rata- rata 4 hari - 3 minggu . Pada kasus yang lanjut terdapat bagian –bagian dengan jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan di lapisan sub epitel yang menjalar sampai ke permukaan epitel. Didalam vagina dan uretra parasit hidup di sisa-sisa sel ,kuman-kuman,dan benda- benda lain yang terdapat dalam sekret.
Pada gadis-gadis sebelum usia pubertas, dinding vagina yang sehat tipis dan hypoestrogenic, dengan pH lebih besar dari 4,7, pemeriksaan dengan pembiakan (kultur) akan menunjukkan beberapa mikroorganisma. Setelah gadis menjadi dewasa, dinding vagina menebal dan laktobasilus menjadi mikroorganisma yang dominan, PH vagina menurun hingga kurang dari 4,5.
Laktobasilus penting untuk melindungi vagina dari infeksi, dan laktobasilus adalah flora dari vagina yang dominan (walaupun bukan merupakan stau-satunya flora vagina). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala setelah adanya infeksi bervariasi antara 3-28 hari. Selama terjadinya infeksi protozoa Trichomonas vaginalis, trikomonas yang bergerak-gerak (jerky motile trichomonads) dapat dilihat dari pemeriksaan dengan sediaan basah. PH vagina naik, sebagaimana halnya dengan jumlah lekosit polymorphonuclear (PMN). Lekosit PMN merupakan mekanisme pertahanan utama dari pejamu (host/manuasia), dan mereka merespon terhadap adanya substansi kimiawi yang dikeluarkan trichomonas. T vaginalis merusak sel epitel dengan cara kontak langsung dan dengan cara mengeluarkan substansi sitotoksik. T vaginalis juga menempel pada protein plasma pejamu, sehingga mencegah pengenalan oleh mekanisme alternatif yang ada di pejamu dan proteinase pejamu terhadap masuknya T vaginalis.
C. Mortalitas
1. Trikomoniasis memiliki angka infeksi gabungan yang cukup tinggi dengan PMS lain. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk, menemukan gonore berhubungan secara signifikan dengan infeksi trikomonas. Trikomoniasis juga memfasilitasi penularan human immunodeficiency virus (HIV).
2. Pada perempuan gejala adanya infeksi trikomoniasis dapat bervariasi dari tidak ada gejala (asimptomatik) sampai adanya tanda radang seperti gatal-gatal pada vagina dan adanya duh tubuh vagina (vaginal discharge/keputihan).
3. Pada perempuan hamil, trikomoniasis yang tidak diobati berhubungan dengan ketuban pecah dini, bayi berat lahir rendah dan cellulites pasca histerektomi.

D. Jenis Kelamin
1. Trikomoniasis terdapat baik pada laki-laki maupun perempuan, namun lebih sering ditemukan pada perempuan.
2. Pada laki-laki, gejala adanya trikomoniasis bervariasi dari tidak ada gejala (asimtomatik/karier) sampai uretritis, prostatitis, atau epididymo-orchitis.
3. Perempuan juga dapat merupakan karier asimptomatis, namun umumnya gejala akan menunjukkan adanya proses peradangan (lihat bagian klinis di bawah).
E. Keluhan
1. Perempuan :
a. Klien dengan trikomoniasis mungkin merasakan gatal-gatal atau rasa panas pada vagina. Kemungkin juga ada keputihan yang berbau tidak normal (busuk).
b. Rasa sakit sewaktu berhubungan seksual mungkin juga merupakan keluhan utama yang dirasakan klien dengan trikomoniasis.
c. Keputihan abnormal yang purulen, berbusa atau berdarah kemungkinan terjadi juga. Keputihan yang berbusa yang dianggap sebagai tanda klasik dari trikomoniasis hanya terjadi pada 12% dari klien yang mengalami infeksi ini.
d. Pasien dengan trikomoniasis dapat juga mengalami perdarahan pasca sanggama dan nyeri perut bagian bawah.
2. Laki-laki
a. Kebanyakan infeksi trikomoniasis pada laki-laki asimptomatik.
b. Mungkin ada keluhan nyeri pada saat kencing, nyeri pada uretra, testis atau nyeri perut bagian bawah.

F. Tanda Fisik
1. Perempuan :
a. Pada pemeriksaan panggul dengan spekulum, tanda-tanda trikomoniasis diantaranya colpitis macularis (disebut sebagai strawberry cervix); keputihan yang purulen yang dapat berwarna putih krem, kuning, hijau atau abu-abu, keputihan yang berbusa, erythema vagina dan vulva.
b. Colpitis macularis dan keputihan yang berbusa bersama-sama memiliki spesifisitas 99% dan secara sendiri-sendiri memiliki nilai prediksi positif (positive predictive value) 90% dan 62%. Yang menarik, penelitian yang dilakukan oleh Wolner-Hanssen dkk. Menemukan bahwa pemeriksaan dengan mata telanjang (tanpa bantuan alat) menemukan colpitis macularis hanya 1,7% dari klien dengan trikomoniasis sedangkan pemeriksaan dengan bantuan kolposkopi mendapatkan colpitis macularis sebanyak 70% dari pasien yang menderita trikomoniasis yang dipastikan diagnosisnya dengan pemeriksaan sediaan basah.
c. Sebagian besar dari gejala-gejala yang disebutkan di atas tidak spesifik untuk infeksi trikomoniasis dan dapat terjadi pada berbagai infeksi vagina dan serviks yang lain. Sehingga jika hanya bergantung pada pemeriksaan fisik saja banyak klien dengan trikomoniasis akan tidak terdiagnosis. Diagnosis pasti trikomoniasis dapat ditegakkan dengan adanya protozoa berflagel yang terlihat dari pemeriksaan sediaan basah, Papanicolaou (Pap) smears, atau media kultur.
2. Laki-laki
a. Kebanyakan laki-laki yang terinfeksi trikomoniasis tidak ada tanda fisik.
b. Pada beberapa kasus, laki-laki dengan infeksi ini mungkin menunjukkan adanya discharge dari penis.
c. Beberapa kasus yang lain mungkin ada tanda-tanda prostatitis atau epididymitis.
Bayi baru lahir perempuan: T vaginalis yang didapat pada saat melewati jalan lahir dapat menyebabkan keputihan pada bayi pada minggu-minggu pertama kehidupannya.
Anak-anak sebelum usia pubertas
o Anak-anak sebelum usia pubertas yang terkena trikomoniasis akan menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala pada klien remaja dan dewasa.
o Adanya T vaginalis pada anak-anak sebelum pubertas harus dicurigai kemungkinan adanya kekerasan seksual.

G. Penyebab

1. T vaginalis adalah protozoa dengan flagela.
2. Rata-rata masa inkubasi adalah 1 minggu namun dapat bervariasi antara 4-28 hari.
3. Trikomoniasis umumnya merupakan penyakit menular seksual.
4. Risiko untuk terkena infeksi ini tergantung pada aktifitas seksual klien.
5. Faktor-faktor risiko untuk terkena T vaginalis termasuk hal berikut ini:
a. Jumlah pasangan seks selama hidupnya
b. Pasangan seksual saat ini
c. Tidak memakai kondom saat hubungan seksual
d. Memakai kontarsepsi oral (pil KB)


H. Pemeriksan laboratorium:
1. Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk klien yang memiliki gejala-gejala vaginitis. Berbagai pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan dengan fasilitas laboratorium sederhana. Dasar dari pemastian diagnosis adalah pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan untuk mengeluarkan penyebab lain yang mungkin juga menyebabkan keluhan pada klien.
2. pH vagina
a. Penentuan pH vagina dengan cara menempelkan swab dengan sekresi vagina pada kertas pH paper dengan nilai antara 3.5-5.5.
b. pH vagina normal secara praktis menunjukkan diagnosis trikomoniasis negatif. pH lebih dari 4.5 ditemukan pada trikomoniasis dan vaginosis bacterial.
3. Tes Whiff
a. Tes ini memeriksa adanya amine dengan menambahkan KOH pada discharge vagina dan membaui adanya bau seperti bau ikan, tes ini berguna untuk menyingkirkan kemungkinan vaginosis bakterial.
b. Saat ini telah ada pemeriksaan pH Vagina dan tes whiff yang dikombinasikan dalam satu bentuk tes dengan tanda negatif positif.
4. Sediaan Basah (Wet mount)
a. Pemeriksaan dengan sediaan garam basah melalui mikrokoskop terhadap secret vagina yang diusapkan pada objek glass dapat mengidentifikasi protozoa yang berbentuk seperti tetesan air, berflagela, dan bergerak. Pemeriksaan ini juga dapat menemukan clue cells (tanda adanya penyakit vaginosis bacterial). Rasio sel darah putih (lekosit) terhadap sel epitel juga dapat dihitung.
b. Sensitivitas pemeriksaan ini mencapai 40-60%. Sedangkan spesifisitas dapat mencapai 100% jika sediaan garam basah segera dilihat di bawah mikroskop.
5. Pap smear
a. Sensitivitas untuk mendeteksi sama dengan pemeriksaan sediaan garam basah, yaitu 40-60%.
b. Sedangkan spesifisitas mencapai 95-99% untuk petugas-petugas yang sudah terlatih.


6. Pemeriksaan lain
a. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya trikomoniasis yaitu pemeriksaan biakan (kultur) secret vagina, direct immunofluorescence assay, dan Polymerase chain reaction (PCR).
7. Pemeriksaan PMS lain
a. Jika ditemukan trikomoniasis maka harus dilakukan juga pemeriksaan untuk PMS lain seperti sifilis, Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, HIV, hepatitis B, dan hepatitis C.
b. Infeksi gabungan dengan gonore cukup tinggi.

I. Diagnosis
Diagnosis tidak dapat ditegakkan bila hanya berdasarkan gambaran klinis semata, karena Trichomonas vaginalis dalam saluran urogenital tidak selalu menimbulkan gejala atau keluhan.

Uretritis dan vaginitis dapat disebabkan oleh bermacam – macam sebab, karena itu perlu diagnosa etiologi untuk menentukan penyebabnya. Untuk mendiagnosis Trichomoniasis dapat dipakai beberapa cara misalnya sediaan basah, sediaan hapus serta pembiakan.

Sediaan basah dicampur dengan garam faal dan dapat dilihat pergerakan aktif parasit. Pembiakan dapat digunakan bermacam – macam pembenihan yang mengandung serum.

J. PENGOBATAN
Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik.
Secara topikal dapat berupa :
1. Bahan cairan berupa irigasi,misalnya Hidrogen peroksida 1- 2 % dan larutan asam laktat 4%
2. Bahan berupa supositoria,bubuk yang bersifat trikomonoasidal
3. Jel dan krim yang berisi zat trikomonoasidal
Secara sistemik ( oral) :
Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti :
1. Metronidazol : dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg / hr selama 7 hr. 2. Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
3. Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
4. Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram
Pengobatan Trichomoniasis dalam kehamilan perlu dilakukan. Mengingat bahwa infeksi pada bayi dapat mengakibatkan secret vagina yang berlebihan, piuria dan irritability. Metronidazol kontra indikasi dalam kehamilan trimester I, sedangkan obat yang lain tidak ada yang manjur, oleh karena itu metronidazol diberikan pada trimester II atau ke III dengan dosis tunggal sebanyak 2 gram.
Pada waktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :
1. Pemeriksaan dan pengobatan kepada pasangan seksual untuk mencegah jangan terjadi infeksi “pingpong”
2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan sebelum dinyatakan sembuh
3. Hindari pemakaian barang – barang yang mudah menimbulkan transmisi.