LANDASAN TEORI
SEROTINUS (POST DATE / POST MATUR)
- A. Definisi
- B. Etiologi
- Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
- Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu
- Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
- Kurangnya air ketuban
- Insufiensi plasenta
- C. Permasalahan Kehamilan Lewat Waktu
- Pertumbuhan janin makin lambat
- terjadi perubahan metabolisme janin
- Air ketuban berkurang dan makin kental
- Sebagian janin bertambah berat, serhingga memerlukan tindakan persalinan
- Berkurangnya nutrisi dan O2 ke janin yang menimbulkan asfiksia dan setiap saat dapat meninggal di rahim.
- Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia.
- D. Tanda Bayi Post Matur
- Tanda postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono Prawirohardjo) :
- Stadium I
- Stadium II
- Stadium III
- Tanda bayi Postmatur (Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998)
- Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
- Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
- Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
- Verniks kaseosa di bidan kurang
- Kuku-kuku panjang
- Rambut kepala agak tebal
- Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
- E. Diagnosa
- Bila tanggal HPHT di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar
- Bila wanita tidak tahu, lupa atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapat haid dan kemudian menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanyalah dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
- Pemeriksaan berat badan diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
- Pemeriksaan rontgenologik, dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagian proksimal tibia, tulang kuboid, diameter bipariental 9,8 cm atau lebih.
- USG : ukuran diameter bipariental, gerakan janin dan jumlah air ketuban
- Pemeriksaan sitologik air ketuban : air ketuban diambil dengan amniosentesis, baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai lebih dari 36 minggu. Air ketuban yang diperoleh dipulas dengan sulfat biru nil maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga. Bila :
- Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
- Melebihi 50% : kehamilan di atas 39 minggu
- Melebihi 10% : kehamilan di atas 36 minggu
- Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut warnanya karena dikeruhi mekonium.
- Kardiotografi : mengawasi dan membaca DJJ, karena insufiensi plasenta
- Uji Oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik, hal ini mungkin janin akan berbahaya dalam kandungan.
11. Pemeriksaan PH darah kepala janin
12. Pemeriksaan sitologi vagina
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
- F. Pengaruh terhadap ibu dan janin
Terhadap janin : jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh post maturitas pada janin bervariasi : berat badan janin dapat bertambah besar, tetp, dan ada yang berkurang, sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan. Bayi besar dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik. Oligohidramnion dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin sampai bayi meninggal. Keluarnya mekoneum yang dapat menyebabkan aspirasi mekoneum.
(Menurut Rustam Mochtar, Sinopsis Obstetri Jilid I, 1998)
- G. Penatalaksanaan
- Setelah usia kehamilan > 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
- Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiense plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
- Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi.
- Bila :
- Riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim
- Terdapat hipertensi, pre-eklampsia
- Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas
- Pada kehamilan > 40-42 minggu
- Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
- Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
- Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin, atau
- Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
- Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar; dan kemungkinan diproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap sedatif dan narsoka, jadi pakailah anestesi konduksi.
- H. Pertimbangan Persalinan Anjuran (induksi)
- Merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan berlangsung
- Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat berhasil seperti yang ditujukan pada tabel berikut :
Keadaan fisik | Nilai | Total Nilai |
Pembukaan serviks 0 cmPerlunakan 0-30% Konsistensi serviks kaku Arah serviks ke belakang Kedudukan bagian terendah -3 | 0 | |
Pembukaan 1-2 cmPerlunakan serviks 40-50% Konsistensi serviks sedang Arah serviks ke tengah Kedudukan bagian terendah -2 | 1 | |
Pembukaan 3-4 cmPerlunakan 60-70% Konsistensi serviks lunak Kedudukan bagian terendah -1-0 | 2 | |
Pembukaan di atas 5 cmPerlunakan 80% + | 3 |
- I. Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode:
- Metode Stein
- Pukul 6.00 : 30 cc oleum ricini
- Pukul 7.00 : bisulfas kinine 0,200 gr
- Pukul 8.00 : bisulfas kinine 0,200 gr + klisma air sabun hangat 1 liter
- Pukul 9.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
- Pukul 10.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
- Pukul 11.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
- Pukul 12.00 : bisulfas kinine, suntikan pituitrin 0,2 cc
- Pukul 14.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc
- Pukul 16.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc
- Pukul 18.00 : hanya suntikan pituitrin 0,2 cc
Selama metode stein, kehamilan lewat waktu akan mendapatkan :
- 1,2 gr bisulfas kinine
- 1,4 cc pituitrin injeksi
- Kontraksi rahim yang kuat sehingga dapat mengancam :
2) Ruptura uteri membakat
3) Gawat janin dalam rahim
- Kelambatan melakukan rujukan, dapat merugikan penderita.
- Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana, dan mulai dengan 8 tetes, dengan teknik maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4 sampai 8 tetes sampai kontraksi optimal tercapai. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu 24 sampai 48 jam.
- Memecahkan kebutan
- Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
(Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, 1998)
- J. Sikap bidan dalam penanganan kehamilan lewat waktu
- Anamnesa.
- Kehamilan belum lahir setelah melewati waktu 42 minggu
- Gerak janinnya makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
- Hasil pemeriksaan
- Berat badan ibu mendatar atau menurun
- Air ketuban terasa berkurang
- Gerak janin menurun
- Bagaimana sikap bidan
- Melakukan konsultasi dengan dokter
- Menganjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit
- Penderita dirujuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan yang adekuat.
- K. Pengelolaan Intrapartum
- Pasien tidur miring sebelah kiri
- Pergunakan pemantauan elektronik jantung janin
- Beri oksigen bila ditemukan keadaan jantung yang abnormal
- Perhatikan jalannya persalinan
- Segera setelah lahir, bayi harus segera diperiksa terhadap kemungkinan hipoglikemi, hipovolemi, hipotermi dan polisitemi
- L. Mencegah Aspirasi Mekoneum
- Penghisapan nasofaring dan drofaring posterior secara agresif sebelum dada janin lahir
- Bila mekoneum tampak pada pita suara, pemberian venitasi dengan tekanan positif dan tangguhkan dahulu sampai trakea telah di latubasi dan penghisapan yang cukup.
- Intubasi trakea harus dilakukan rutin bila ditemukan mekoneum yang tebal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar