IKLAN1

AKU

Selasa, 16 November 2010

Kangker Cerviks

Pengertian
Kanker serviks atau kanker leher rahim (sering juga disebut kanker mulut rahim) merupakan salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi bagi kaum wanita. Setiap satu jam, satu wanita meninggal di Indonesia karena kanker serviks atau kanker leher rahim ini. Fakta menunjukkan bahwa jutaan wanita di dunia terinfeksi HPV, yang dianggap penyakit lewat hubungan seks yang paling umum di dunia.
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan tidak berirama yang dapat menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Kanker seviks atau kanker rahim adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim.
Kanker serviks atau kanker leher rahim terjadi di bagian organ reproduksi seorang wanita. Leher rahim adalah bagian yang sempit di sebelah bawah antara vagina dan rahim seorang wanita. Di bagian inilah tempat terjadi dan tumbuhnya kanker serviks. Seperti penyakit kanker pada umumnya, kanker serviks akan menimbulkan masalah pada kesakitan, penderitaan, kematian financial dan ekonomi, masalah pada lingkungan kehidupan dan masalah pada pemerintah. Dengan demikian penanggulan kanker serviks harus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi.
Insiden kanker serviks menurut perkiraan DEPKES, 100 per 100.000 penduduk pertahun, sedangkan dari data laboratorium patologi anatomi indonesia, frekuensi kanker serviks paling tinggi diantara kanker yang ada di indonesia, bila dilihat dari penyebarannya terlihst bahwa 92,4%terakumulasi di Jawa & Bali.
Etiologi
Kanker serviks disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) atau virus papiloma manusia. HPV menimbulkan kutil pada pria maupun wanita, termasuk kutil pada kelamin, yang disebut kondiloma akuminatum. Hanya beberapa saja dari ratusan varian HPV yang dapat menyebabkan kanker. Kanker serviks atau kanker leher rahim bisa terjadi jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk waktu lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan tubuh.
Kanker serviks menyerang daerah leher rahim atau serviks yang disebabkan infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang tidak sembuh dalam waktu lama. Jika kekebalan tubuh berkurang, maka infeksi HPV akan mengganas dan bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks. Gejalanya tidak terlalu kelihatan pada stadium dini, itulah sebabnya kanker serviks yang dimulai dari infeksi HPV dianggap sebagai "The Silent Killer".
Selain itu faktor – faktor yang menyebabkan kanker serviks adalah:
1. Perkawinan dalam usia muda
2. Pasangan seksual yang berganti – ganti
3. Jumlah kelahiran dengan jarak pendek dan terlalu banyak
4. Paling banyak terjadi pada usia 40 -50 tahun
5. Perlukaan mulut Rahim yang tidak mendapat pengobatan yang tepat
6. Makin banyak dijumpai pada mereka dengan kondisi social ekonomi rendah
7. Hygiene hubungan seksual kurang sehat
8. Menggunakan closet pada WC umum
9. Kebiasaan merokok,
10. Kurang mengkonsumsi vitamin C, vitamin E dan asam folat dapat menjadi penyebabnya.
11. Menggunakan pil KB dalam jangka waktu lama atau berasal dari keluarga yang memiliki riwayat penyakit kanker.
Tanda dan Gejala
Kanker serviks pada stadium dini biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala yang khas bahkan tidak ada gejala sama sekali sampai kanker tersebut telah menyebar dan sukar untuk diobati. Tanda dan gejala yang sering terjadi pada stadium lanjut adalah
1. Perdarahan yang tidak normal dari vagina termasuk perdarahan sesudah melakukan hubungan seksual.
2. Keluarnya cairan yang tidak normal dari vagina, berwarna kekuningan, sifatnya encer dan berbau tidak sedap
3. Bila menyebar akan nyeri pada panggul
4. Tidak dapat buang air kecil atau kencing berdarah
5. Terdapat kontak berdarah, dan kemungkinan terdapat rasa sakit saat hubungan seksual ( dyspareunia )
Diagnosa
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang dialami segera sehabis senggama ( disebut sebagai perdarahan kontak ) merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%). Membuat diagnose karsinoma serviks yang klinis sudah agak lanjut tidaklah sulit. Yang menjadi masalah ialah, bagaimana mendiagnosis dalam tingkat yang sangat awal, misalnya dalam tingkat pra-invasif, lebih baik bila dapat menangkapnya dalam tingkatan pra-maligna (dysplasia/diskariosis servik).
Hasil pemeriksaan sitology eksploratif dari ekto dan endo-serviks yang positif tidak boleh dianggap diagnosis pasti. Diagnosis harus dipastikan dengan pemeriksaan histologic dari jaringan yang diperoleh dengan melakukan biopsy. Agar hasil pemeriksaan memuaskan, biopsy harus terarah (targeted biopsy). Seyogyanya dengan bimbingan kolposkop bila sarana memungkinkan. Secara sederhana yang ternyata memadai,dapat dikerjakan dengan sebelumnyamemulas portio dengan larutan lugol dan jaringan yang hendak diambilpada batas antara jaringan normal (berwarna coklat tua karena mengandung Iodium) dengan bagian portio yang pucat (jaringan abnormal) 10% untuk dikirim ke laboratorium anatomi. Perlu disadari mengerjakan biopsy yang benar dan tidak mengambil bagian yang nekrotik. Pada tingkat klinik 0, Ia , Ib-occ, penentuan tingkat keganasan secara klinis didasarkan atas hasil pemeriksaan histologic. Oleh karena itu untuk konfirmasi diagnosis yang tepat sering diperlukan tindak lanjutseperti kuretase endoserviks (ECC= Endo-Cervical curettage) atau konisasi serviks.
Prognosa
Kanker serviks yang tidak diobati atau tidak memberikan respons terhadap pengobatan, 95 % akan mengalami kematian dalam 2 tahun setekah timbul gejala. Pasien yang menjalani histerektomi dan memiliki resiko tinggi terjadinya rekurensi harus terus diawasi karena lewat dwteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi radika. Terjadi 80% rekurensi dalam 2 tahun.

Kanker servik dalam kehamilan
Tumor ganas diserviks tidak menghalangi untuk adanya kehamilan. Terdapat kira-kira 1 di antara 3000 kehamilan. Tidak ada perbedaan antara karsinoma di dalam dan di luar kehamilan, mengenai perjalanan penyakitnya, dalam rasio kesembuhan pada tingkat klinik yang sama. Untuk penanganan primer dipilih pembedahan, karena penyinaran, mempunyai efek samping yang merugikan penderita yang berusia muda.
Penanganan sirurgik didasarkan atas tingkat klinik penyakit dan unur kehamilan. Pada tingkat 0 kehamilan diteruskan sampai partus berlangsung spontan, dan bila 3 bulan pasca persalinan masih tetap ada, maka ditangani seperti kondisi tidak hamil dngan memperhatikan tingkatan klinik yang ada saat itu.
Pada tingkat klinik I,II, ke atas dengan kehamilan:
1. Trimester 1 dan awal trimester 11: histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul dengan janin in utero.
2. Trimester 11 lanjut: ditunggu sampai janin viable ( dapat hidup di luar Rahim(kehamilan >34 minggu)). Dikerjakan seksio sesarea klasik/ corporal,diteruskan dengan histerektomi radikal dan limfadenektomi panggul.
3. Trimester 111: seksio sesarea klasik/ corporal dilanjutkan dengan histerektomi radikal dan limfadenektomi panggul.
4. Pasca persalinan : histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul.

Penyebaran kanker serviks
Kanker serviks dapat keluar dari tumor utama. Tidak menutup kemungkinan mulai berkembang di bagian lain dari tubuh. Kanker serviks dapat menyebar dengan dua cara:
1. Dapat tumbuh membesar dan menginvasi daerah terdekatnya seperti vagina, kandung kemih, rektum, atau jaringan lain dekat uterus dan vagina.
2. Dapat menyebar melalui kelenjar getah bening.
3. Cara penyebaran lain melalui peredaran darah, namun cara ini tidak umum.
Ketika kanker serviks telah menyebar ke bagian lain dari tubuh, tidak serta merta dianggap kanker baru. Sebagai contoh, jika menyebar ke vagina, tidak disebut kanker vagina, tapi disebut metastasis kanker serviks. Ini karena umumnya kanker dinamai sesuai dengan nama tempat tumor awal.

Deteksi Kanker Serviks
Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:
• IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat 3 -5 %. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
• Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
Teknik pengambilan cairan adalah:
a. Speculum dipasang tanpa melakukan pembilasan vulva
b. Ambilah lidi kapas, untuk mengambil cairan yang terdapat pada kanalis serviks ( portio ) uteri, daerah forniks posterior, daerah forniks lateralis
c. Oleskan pada objek glas
d. Masukkan kedalam kantong plastic
e. Bilas dengan alcohol 95 % sampai 96 % sekitar 5 menit
f. Keringkan di udara terbuka
g. Paparan pap smear telah siap dikirim ke dokter ahli patologi anatomi
h. Data – data lengkap tentang penderita harus ditulis
• Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
• Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.
Penanganan Kanker Serviks
Jika terinfeksi HPV, kini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan).
Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.
Mencegah Kanker Serviks
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
• Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
• Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
• Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
• Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
• Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
• Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
• Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
• Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
• Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.
Tingkat keganasan klinik menurut FIGO, 1978

Karsinoma In Situ (KIS) atau karsinoma intraepitel: membrane basalis masih utuh.
 Proses terbatas pada serviks walaupun ada perluasan pada korpus uteri.
 Karsinoma mikro invasive; bila membrane basalis sudah rusak dan sel tumor sudah memasuki stroma tak > 3mm, dan sel tumor tidak terdapat dalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
*) kedalaman invasi 3mm sebaiknya diganti dengan tak > 1mm.
 (I b occult = Ib yang tersembunyi ); secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada pemeriksaan histologic ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stoma melebihi Ia.
 Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologic menunjukkan invasi ke dalam stroma serviks uteri.
 Proses keganasan sudah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3 bagian atas vagina dan / ke parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul.
 Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infiltrate tumor
 Penyebaran ke parametrium, uni/ bilateral tetapi belum sampai dinding panggul.
 Penyebaran telah sampai ke 1/3 bagian distal vagina atau ke parametrium sampai dinding panggul.
 Penyebaran sampai ke 1/3 bagian distal vagina, sedang ke parametrium tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
 Penyebaran sudahsampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frosen pelvic ) atau proses pada tingkat klinik I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
 Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa rectum dan/ kandung kemih ( dibuktikan secara histologic), atau telah terjadi metastasis keluar panggul atau ke tempat – tempat jauh.
 Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi mukosa rektum dan/ kandung kemih,
 Telah terjadi penyebaran jauh.